Komaruddin Hidayat (lahir di Magelang, Jawa Tengah, 18 Oktober 1953; umur 58 tahun)[1] adalah rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk periode 2006-2010.[] Selain sebagai akademisi, ia juga menjadi penulis kolom di beberapa media massa.[2] Kemampuan inteletualitasnya ia tunjukkan dengan menjadi peneliti di beberapa lembaga kajian dan penelitian.[
Sejak kecil Komar dekat dengan dunia Islam utamanya pesantren.[2] Komarudin merupakan Alumni pesantren modern Pabelan, Magelang (1969) dan Pesantren al-Iman, Muntilan (1971).[2] Setelah lulus dari pesantren, ia melanjutkan studi sarjana muda (BA) di bidang Pendidikan Islam (1977) dan sarjana Lengkap (Drs.) di bidang Pendidikan Islam (1981) di IAIN Jakarta.[1]
Komar melanjutkan studi doktoral ke luar negeri.[1] Ia Meraih doktor di bidang Filsafat Barat di Middle East Techical University, Ankara, Turkey (1990).[1]
Pada 17 Oktober 2006, dalam rapat senat yang dipimpin oleh Azyumardi Azra, di Auditorium utama UIN Syarif Hidayatullah, Komar terpilih sebagai rektor universitas tersebut.[1] Ia memenangi pemilihan suara atas dua kandidat lainnya yakni Prof. Dr. Masykuri Abdillah dan Prof. Dr. Suwito.[1]
Komar merupakan kolumnis di beberapa media massa seperti Harian Kompas dan Seputar Indonesia dan Republika.[2] Selaku akademisi, Komar menjadi Dosen pada Fakultas Pasca Sarjana IAIN Jakarta (sejak 1990), dosen pada Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia (sejak 1992), dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara (sejak 1993).[2]
Selain sebagai dosen, ia juga sebagai Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur`an (sejak 1991), Dewan Redaksi jurnal Studia Islamika (sejak 1994), Dewan Editor dalam penulisan Encylopedia of Islamic World, dan Direktur pada Pusat Kajian Pengembangan Islam Kontemporer, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sejak 1995).[3] Sejak tahun 1990, ia merupakan salah satu peneliti tetap Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta.[3]
[sunting] Perjalanan hidup
Komaruddin lahir di keluarga miskin di Muntilan.[4] Meski keadaan tidak menguntungkan, ia memiliki motivasi kuat dalam meraih pendidikan yang terbaik.[rujukan?] Untuk meraih keberhasilan, Komar memiliki motivasi besar yang dilatarbelakangi empat hal.[4] Empat hal inilah yang menjadi titik balik bagi hidupnan Pertama, kondisi kampung halaman yang menyedihkan.Kedua, wafatnya ibu sejak kecil.[4] Ketiga, sosok neneknya, Qomariyah, yang arif dan menanamkan semangat kehidupan yang besar.[4] Keempat, hadirnya sosok Kiai Hamam Ja’far dan kondisi pesantren yang menjadi latar sosial tempat dirinya tumbuh menjadi sosok yang dewasa.[4]
Nenek Komar adalah orang yang arif. Ia menggantikan peran ibu yang telah meninggalkannnya sejak kecil.[4] Selain kagum terhadap neneknya, Komar juga mendapat dorongan motivasi dari Kiai Hamam Ja’far di Pesantren Pabelan, Magelang.[ Komar menilai, sosok Kiai Hamam yang sudah dianggap sebagai ayahnya itu seperti sosok Nabi Musa.[4] Yakni, figur pemimpin, panutan, dan pemberi petunjuk yang selalu bersikap keras untuk menaklukkan ketimpangan dan kemiskinan.[4]
Kiai Hamam mengajarkan Komar bahwa manusia punya hak untuk merdeka, untuk hidup.[4] Kiai Hamam menunjukkan semangat dan etos kerja tinggi yang ditunjukkan Nabi ketika hijrah.[4] Komar juga mendapat pesan bahwa prinsip hidup harus seperti air.[rujukan?] Kalau mengenang saja, ia akan menjadi sumber penyakit, sementara apabila mengalir, ia akan menjadi bersih.[4]
Berkat motivasi tersebut, Komar merantau ke Jakarta pada usia 18 tahun sehingga akhirnya beberapa capaian ia raih, antara lain mendapat kesematan belajar di luar negeri dan menjadi rektor universitas.[4] Ia juga telah berkeliling ke 30 negara dalam rangka seminar dan studi komparatif untuk masalah kebudayaan dan pengembangan keagamaan dengan berbagai universitas dan NGO.[3]
Berikut biografi lengkap Komarudin Hidayat.[5]
Jabatan
Rektor UIN Jakarta, 2006-2010
Ketua Panitia Pengawas Pemilu 2004
Pendidikan
Ponpes Pabelan, Magelang (1969)
Sarjana Fakultas Ushuludin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1981)
Master and PhD Bidang Filsafat pada Middle East Technical University, Ankara, Turki (1995)
Post Doctorate Research Program di Harfort Seminary, Connecticut, AS, selama satu semester (1997)
International Visitor Program (IVP) ke AS (2002)
Pengalaman kerja
Guru Besar Filsafat Agama, UIN Jakarta (sejak 2001)
Direktur Eksekutif Yayasan Paramadina (1996-2000)
Associate Trainer/Consultant bidang HRD pada Vita Niaga Colsultant (sejak 1999)
Dosen Tetap Institut Bankir Indonesia (sejak 2000)
Dosen Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (sejak 2003)
Advisory Board Member of Common Ground Indonesia (sejak 2001)
Ketua Panitia Pengawas Pemilu Pusat (2003-2004)
Chairman pada Indonesia Procurement Watch (sejak 2002)
Direktur Eksekutif Pendidikan Madania (sejakn 2001)
Dewan Pertimbangan Pendidikan DKI Jakarta (sejak 2004)
Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta (sejak 2005)
Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan RI (sejak 2005)
Ketua Panitia Pengawas Pemilu, 2004
Rektor UIN Jakarta, 2006-2010
Karya tulis
Memahami Bahasa Agama (1996)
Masa Depan Agama (1995)
Tragedi Raja Midas (1998)
Tuhan Begitu Dekat (2000)
Wahyu di Langit, Wahyu di Bumi (2002)
Menafsirkan Kehendak Tuhan (2003)
Psikologi Kematian (2005)
d.wikipedia.org/wiki/Komaruddin_Hidayat
Baca Selengkapnya >>
Sejak kecil Komar dekat dengan dunia Islam utamanya pesantren.[2] Komarudin merupakan Alumni pesantren modern Pabelan, Magelang (1969) dan Pesantren al-Iman, Muntilan (1971).[2] Setelah lulus dari pesantren, ia melanjutkan studi sarjana muda (BA) di bidang Pendidikan Islam (1977) dan sarjana Lengkap (Drs.) di bidang Pendidikan Islam (1981) di IAIN Jakarta.[1]
Komar melanjutkan studi doktoral ke luar negeri.[1] Ia Meraih doktor di bidang Filsafat Barat di Middle East Techical University, Ankara, Turkey (1990).[1]
Pada 17 Oktober 2006, dalam rapat senat yang dipimpin oleh Azyumardi Azra, di Auditorium utama UIN Syarif Hidayatullah, Komar terpilih sebagai rektor universitas tersebut.[1] Ia memenangi pemilihan suara atas dua kandidat lainnya yakni Prof. Dr. Masykuri Abdillah dan Prof. Dr. Suwito.[1]
Komar merupakan kolumnis di beberapa media massa seperti Harian Kompas dan Seputar Indonesia dan Republika.[2] Selaku akademisi, Komar menjadi Dosen pada Fakultas Pasca Sarjana IAIN Jakarta (sejak 1990), dosen pada Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia (sejak 1992), dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara (sejak 1993).[2]
Selain sebagai dosen, ia juga sebagai Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur`an (sejak 1991), Dewan Redaksi jurnal Studia Islamika (sejak 1994), Dewan Editor dalam penulisan Encylopedia of Islamic World, dan Direktur pada Pusat Kajian Pengembangan Islam Kontemporer, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sejak 1995).[3] Sejak tahun 1990, ia merupakan salah satu peneliti tetap Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta.[3]
[sunting] Perjalanan hidup
Komaruddin lahir di keluarga miskin di Muntilan.[4] Meski keadaan tidak menguntungkan, ia memiliki motivasi kuat dalam meraih pendidikan yang terbaik.[rujukan?] Untuk meraih keberhasilan, Komar memiliki motivasi besar yang dilatarbelakangi empat hal.[4] Empat hal inilah yang menjadi titik balik bagi hidupnan Pertama, kondisi kampung halaman yang menyedihkan.Kedua, wafatnya ibu sejak kecil.[4] Ketiga, sosok neneknya, Qomariyah, yang arif dan menanamkan semangat kehidupan yang besar.[4] Keempat, hadirnya sosok Kiai Hamam Ja’far dan kondisi pesantren yang menjadi latar sosial tempat dirinya tumbuh menjadi sosok yang dewasa.[4]
Nenek Komar adalah orang yang arif. Ia menggantikan peran ibu yang telah meninggalkannnya sejak kecil.[4] Selain kagum terhadap neneknya, Komar juga mendapat dorongan motivasi dari Kiai Hamam Ja’far di Pesantren Pabelan, Magelang.[ Komar menilai, sosok Kiai Hamam yang sudah dianggap sebagai ayahnya itu seperti sosok Nabi Musa.[4] Yakni, figur pemimpin, panutan, dan pemberi petunjuk yang selalu bersikap keras untuk menaklukkan ketimpangan dan kemiskinan.[4]
Kiai Hamam mengajarkan Komar bahwa manusia punya hak untuk merdeka, untuk hidup.[4] Kiai Hamam menunjukkan semangat dan etos kerja tinggi yang ditunjukkan Nabi ketika hijrah.[4] Komar juga mendapat pesan bahwa prinsip hidup harus seperti air.[rujukan?] Kalau mengenang saja, ia akan menjadi sumber penyakit, sementara apabila mengalir, ia akan menjadi bersih.[4]
Berkat motivasi tersebut, Komar merantau ke Jakarta pada usia 18 tahun sehingga akhirnya beberapa capaian ia raih, antara lain mendapat kesematan belajar di luar negeri dan menjadi rektor universitas.[4] Ia juga telah berkeliling ke 30 negara dalam rangka seminar dan studi komparatif untuk masalah kebudayaan dan pengembangan keagamaan dengan berbagai universitas dan NGO.[3]
Berikut biografi lengkap Komarudin Hidayat.[5]
Jabatan
Rektor UIN Jakarta, 2006-2010
Ketua Panitia Pengawas Pemilu 2004
Pendidikan
Ponpes Pabelan, Magelang (1969)
Sarjana Fakultas Ushuludin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1981)
Master and PhD Bidang Filsafat pada Middle East Technical University, Ankara, Turki (1995)
Post Doctorate Research Program di Harfort Seminary, Connecticut, AS, selama satu semester (1997)
International Visitor Program (IVP) ke AS (2002)
Pengalaman kerja
Guru Besar Filsafat Agama, UIN Jakarta (sejak 2001)
Direktur Eksekutif Yayasan Paramadina (1996-2000)
Associate Trainer/Consultant bidang HRD pada Vita Niaga Colsultant (sejak 1999)
Dosen Tetap Institut Bankir Indonesia (sejak 2000)
Dosen Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (sejak 2003)
Advisory Board Member of Common Ground Indonesia (sejak 2001)
Ketua Panitia Pengawas Pemilu Pusat (2003-2004)
Chairman pada Indonesia Procurement Watch (sejak 2002)
Direktur Eksekutif Pendidikan Madania (sejakn 2001)
Dewan Pertimbangan Pendidikan DKI Jakarta (sejak 2004)
Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta (sejak 2005)
Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan RI (sejak 2005)
Ketua Panitia Pengawas Pemilu, 2004
Rektor UIN Jakarta, 2006-2010
Karya tulis
Memahami Bahasa Agama (1996)
Masa Depan Agama (1995)
Tragedi Raja Midas (1998)
Tuhan Begitu Dekat (2000)
Wahyu di Langit, Wahyu di Bumi (2002)
Menafsirkan Kehendak Tuhan (2003)
Psikologi Kematian (2005)
d.wikipedia.org/wiki/Komaruddin_Hidayat