Kamis, 23 Juni 2011
KH Hamam Ja’far
Kiai Hamam Ja’far sangat berjasa dalam pendidikan islam di Indonesia , khususnya di pulau Jawa. Kini , 17 tahun sudah kiai karismatik kelahiran 15 Desember 1938 di Muntilan , Jawa Tengah , itu telah meninggalkan kita semua. Ia putra sulung dari dua putra pasangan kiai Dja’far dan nyai Hadijah , berasal dari keluarga terpandang di desanya. Dalam keluarganya mengalir darah kiai yang diturunkan oleh kakeknya kiai mohammad bin kertotaruno,pendiri pondok pabelan (1920).Kiai mohammad adalah pengikut setia pangeran Diponegoro.sedangkan kiai Kartotaruno diyakini masyarakat setempat sebagai keturunan Sunan Giri. Setelah meanamatkan sekolah rakyat didesanya.Hamam melanjutkan pendidikanya kesekolah menengah islam pertama di Muntilan.Kemudian masuk pondok Pesantren Tebuireng dan melanjutkan kepondok pesantren Gontor,jawa timur,selama kurang lebih 11 tahun.Hamam berguru langsung kepada pendiri pondok pesantren modern Darussalam Gontor :KH Ahmad Sahal,KH Zainuddin Fanani,dan KH Imam Zarkasyi. Bahkan ia menjadi penggurus badan wakaf pondok pesantren ponorogo tersebut dan mendapat restu dari KH Imam Zarkasyi untuk mendirikan pondok pesantren.Hamam yang ketika itu sudah dipanggal ustadz bertekad redup kareana ketaiadaan pengasuhnya antara tahuan 1950 samapai 1965.Pilihan untuk membangun kembali pondok pabelan adalah hasil dari bacaannya yang mendalam terhadap sejarah umat islam dan kondisi riil umat dan bangsa Indonesia saat itu termasuk kondisi riil masyarakat desa pabelan, juga hasil interaksinya berbagai tokoh agama,social,politik.pada saat itu,kehidupan umat isalam di Indonesia pada umumnya bisa dikatakan dalam keadaan terancam bahayanya komunisme. Tepat tanggal 28 Agustus 1965 ,secara resmi kiai Hamam Ja’far menjadi pemimpin pondok pesantren pabelan .Ketika itu santrinya hanya 35 orang.mereka tidak dipungut bayaran.Untuk biaya pesantren ia dan santrinya mengerjakan sawah milik seorang warga desa pabelam dengancara bagi hasil.”kami juga meanam jeruk,pisang dan buah-buahan “,kata Kiai Hamam. Pendidikan dipesantrennya tidak hanya diruang kelas.para santri diajarkan berbagai ketrampilan.Misalnya ketrampilan ,keterampilan mengolah batu.Dalam mendidik santrinya kiai Hamam banyak bertolak dari lingkungan .Bukan berati ia menolak ilmu dari luar , tetapi ia harus mengambil yang cocok dengan lingkungannya.uztadz Hamam ,menikah dengan Djuhanah Rofi’ah,putri kiai Bakir,pada tahun 1964,memiliki dua anak :Ahmad Najib Amin (1966),Dan Ahmad Amin (1971).Lima belas telah berlalu ,Pondok pesantren pun tumbuh pesat.Mufti besar dari Kuwait,Syalakh Abdullah Annuri,beberapa kali mealakuakan kunjungan kepesantren pabelan .Pondok pesantren ini sangat aktif dalam usaha kesehatan masyarakat (UKM),khususnya kesehatan ibu dan anak. Bahkan seorang dirjen UNICEF Dr James Grant ,ketika mengunjungi ponpes pabelan ,memberikan pujian dan dukungannya.Kiai Hamam dengan pondok pabelan-nya juga memasuki ilayah seni,budaya,termasuk arsitektur.Seorang novelis kelas dunia ,menerima nobel dibidang sastra ,yang berasal dari Trinidad,VS Naipaul,penulis novel Among the Believers: an islam Journey, pada tahun 1980 menyempatkan diri berkunjung dan berdialog di pondok pabelan.pengalamannya tersebut sempat dimasukkan di dalam novelnya,yang diterbitkan oleh Vintage Books,New York ,1982.Dalam berbagai kesempatan ,Kiai Hamam sering mempertanyakan bagaimana sebenarnya perngertian Inna shsshalata tanha’anil fakhsyaai al munkar (sesungguhnyasholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar).Di antara kesimpulanya ,shalat itu tidak terlepas dari keseluruhan penghayatan hubungan antara –sesama manusia ,alam semesta ,dan illahi rabbi.Sehingga sholat akan mencegah al-fakhsyaa wal munkar,termasuk yang bersifat sosial,budaya,maupun lingkungan hidup.Kiai hamam ,yang begitu taawdhu’, juga selalu menjaga silaturahim,terutama kepada guru-gurunya.Bila mendapatkan masalah ,ia selalu menandatangi kediaman ketiga gurunya : KH Ahmad Sahal,KH Imam Zainuddin Fanani dan KH Imam Zarkasyi.Demikian juga pada saat mengambil keputusan penting.Kiai Hamam juga sangat taat kepada guru-gurunya, termasuk tantu saja para gurunya di Pondok Pesantren Modern Gontor.Ketataan tidak hanya terlihat dalam sikap pribadinya ,tapi juga pada sikapnya mengambil semua jiwa,cita-cita,kurikulum,metode pengajaran pondok Gontor.Bahakan semua buku pelajarannya diambil dari Gontor sepenuhnya. Seperti biasa,setiap ba’da subuh . Kiai Hamam memberikan kuliah subuh di serambi masjid.Namun menjelang bulan Romadhon ,kala Kiai Hamam akan meninggalkan podium,air matanya menetes.Ia menangis lantaran rehabilitas gedung belum rampung,karena kekurangan dana.Ketika itu jama’ahnya ia meminta doa agar allah melancarkan urusan demi keberlangsungan rehabilitas.lalu ia pun neninggalkan jama’ahnya.Tak beberapa lama setelah itu tepatnya hari ke-17 bulan suci romadhon,Kiai hamam tidak bisa memberikan kuliah subuh ,karena sakit.Iakemudian dirawat dirumah sakit umum Yogyakarta. Elesai melaksanakan shalat tarawih,tepatnya di malam tanggal 23 romadhon tahun 1993,kiai hamam dipanggail kehadirat allah.Jenazah KH Hamam dari mobil ambulance dan digotong memasuki ruang tamu,dibaringkan di atas lantai yang beralaskan karpet.tubuhnya memang besar ,namun terasa ringan sekali digotong.Wajahnya juga terlihat cerah ,seperti tersenyum.senyum keikhlasan.keesokan harinya ,selesai shalat Zhuhur,Jenazah dishalati oleh para santri dan sebagian alumnus serta masyarakat sekitar pondok.hadir pula kala itu,KH Abdullah Syukri Zarkasyi,yang memberikan sambutan terakhirpelepasan jenazah sebrlum dimakamkan .Dalam sambutanya ia menggatakan,”KH Hamam memangsudah meninggalkan kita semua dan pondok pabelan ,tapi pondok ini tidak boleh mati.Kiai Hamam telah meninggalkan kita semua.Tetapi arisan sepiritual,soial,dan budayanya masih terus hidup dan menjadi sumber inspirasi.Para alumnus dan santrinya tersebar dipenjuru tanah air.bahkan juga mancanegara .Jeajah-jejah langkahnya yang fenomenal,sebagaimana langkah yang tegas,pasti,dan meyakinkan ,member dorongan semangat yang kuat kepada semua santri dan sahabatnya .Kiai Hamam Menjadi teladan hidup dalam integritas,ketulusan dan kesungguhan .semoga amal ibadahnya diterima disisi-nya.
(Majalah AL-kisah,2010:130-133)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar