M. Rahim Bawa Muhaiyaddeen
SALAM sayangku padamu, cucu-cucuku, saudara-saudaraku, putra-putriku. Ikutlah aku dan kita akan mengunjungi hutan!
Banyak binatang yang berbahaya dan jahat hidup di sini, jadi hati-hatilah Apakah kalian tahu bahwa singa betina di sebelah sana bersama dengan dua anaknya? Lihatlah bagaimana anak-anak singa berjuang untuk mendapatkan susu dari induknya. Mereka menghentak dan menarik induknya begini dan begitu, yang menyebabkan ketidaknyamanan yang sangat pada induknya dan membuatnya sangat sukar untuk bergerak.
Singa jantan berbaring sendiri di sampingnya, melihat istrinya menyusui anak-anaknya. Tiba-tiba singa jantan ini mengaum dan berkata, “Aku 1apar Jangan buang waktumu dengan mereka. Bawakan aku makanan!” Lihat betapa gemuk dan besarnya ia. Ia mempunyai bulu tengkuk yang penuh dan tampak begitu kuat, tapi mengaum meminta singa betina itu untuk melayaninya.
Induk tadi memandang anak-anaknya yang masih kecil. “Mereka membutuhkan air susu,” pikir induk singa tersebut.”
“Sungguh memalukan untuk menghentikan makan mereka sekarang.” Tapi singa jantan mengaum lagi, lagi, dan lagi. Akhirnya, singa betina menarik dirinya menjauh dari anak-anaknya, untuk pergi berburu makan malam bagi suaminya.
Lihat, singa betina itu telah menemukan sekawanan zebra Lihatlah bagaimana ia mengejar zebra-zebra tadi. Pertama, ia berlari, kemudian memperlambat untuk berjalan, dan diam-diam merangkak lebih dekat dan lebih dekat. Tapi zebra-zebra tadi waspada dan merasakan kedatangan singa tersebut. Tiba-tiba saja, zebra-zebra tadi mulai berhamburan lari. Zebra-zebra itu melarikan diri demi keselamatan nyawanya, dan singa betina berlari untuk menangkap makanan bagi suaminya. Akhirnya, sesudah pengejaran yang cukup lama, singa betina tersebut berhasil mencengkeram leher salah satu zebra dan meminum darahnya.
Sekarang lihat, cucu-cucuku, singa betina itu sedang menyeret zebra yang berat tadi menuju suaminya. Singa jantan itu tidak mengangkat tangan untuk membantu istrinya. Melihat induk mereka, kedua anaknya berlari ke samping induknya, tapi singa jantan ini mengaum pada kedua anaknya. Dan induk mereka sekali lagi harus mendorong kedua anaknya ke samping sehingga mereka tidak akan mengganggu ayahnya ketika ia merobek tubuh zebra tadi.
Hanya sesudah singa jantan itu makan dengan puas, barulah singa jantan memperbolehkan singa betina makan apa saja yang tersisa. Singa jantan itu menjilati moncongnya dan lagi-lagi berbaring untuk beristirahat. Namun pekerjaan singa betina belum selesai. Singa betina terlebih dahulu harus memperhatikan kebutuhan anak-anaknya, barulah setelah itu ia bisa makan.
Akhirnya, yang tersisa dari zebra tadi adalah kerangka dan beberapa sobekan daging yang berserakan di sana-sini. Burung-burung hering akan memangsa sobekan-sobekan daging tadi dan kemudian para serigala dan dubuk akan datang untuk mengarnbil apa yang tersisa.
Cucu-cucuku, apakah engkau melihat betapa jauh Iebih kuat dan sehat singa jantan itu daripada singa betina tersebut? Tapi bahkan singa jantan itu tidak berpikir, “Istriku bekerja begitu keras untuk merawat anak-anak. Aku harus pergi dan memberi makan mereka semua.” Namun, singa jantan itu mengaum kepada singa betina dengan berkata, “Hentikan pekerjaanmu Bawalah makanan kepadakul” Singa jantan itu bahkan tidak bergerak ke samping demi anak-anaknya sebelum perut singa jantan itu penuh.
Meskipun umat manusia dilahirkan dengan kearifan analitis mengenai Ilahiah, namun hal yang sama sering terjadi dalam keluarga manusia. Kadang-kadang semua tanggung jawab dilimpahkan pada pundak perempuan. Disamping merawat anak-anak, dia mungkin harus bekerja dan mencari penghasilan, sedangkan laki-laki hanya duduk di sekitarnya seperti seekor singa jantan tadi, yang tidak mengerjakan apa pun. Meskipun dia tidak bekerja, namun dia masih tidak mau merawat anakanaknya. Dan dia selalu makan lebih dulu, tanpa berpikir tentang rasa lapar mereka.
Seorang laki-laki yang berperilaku seperti ini, lebih jelek daripada seekor binatang, dan dia akan mengalami banyak kesukaran dalam hidupnya. Karena perilaku manusia seperti ini, keluarga bercerai-berai dan bahkan menciptakan lebih banyak persoalan. Tapi para laki-laki itu tidak menyadari hal itu.
Lihat, ada keluarga harimau yang terdiri dan ayah, ibu, dan tiga anak. Ikuti cerita ini, anak-anakku, dan mana kita perhatikan bagaimana sebuah keluarga harimau berperilaku. Dengarkan anak-anak lapar yang mengeluh pada kedua orangtuanya. Di saat sang ayah mendengar teriakan anak-anaknya, harimau jantan itu melompat dan pergi berburu, sedangkan sang ibu tetap tinggal untuk melindungi anak-anaknya.
Segera, harimau jantan itu melihat seekor rusa yang sedang minum di sebuah mata air. Lihatlah bagaimana harimau jantan itu mengincar mangsanya. Seperti halnya singa betina, harimau jantan itu merangkak mendekat dan tiba-tiba menerkam Dengan satu lompatan, rusa tadi tertangkap. Ia menyeret hasil tangkapannya pulang ke rumah, dan seluruh anggota keluarga tersebut makan bersama-sama dengan gembira, dan berbagi makanan.
Cucu-cucuku, sebagian keluarga manusia berperilaku seperti keluarga singa yang kita lihat lebih awal, sedang sebagian keluarga manusia lainnya seperti keluarga harimau. Jika laki-laki dan perempuan menyadari kesulitan-kesulitan dalam membina keluarga dan berbagi pekerjaan, maka mereka akan memperoleh kedamaian di dalam hidupnya. Sangatlah penting untuk mengingat hal ini dan memiliki jenis kesatuan dan cinta yang sama dalam keluargamu sendiri. Engkau juga harus menyadari bahwa kita semua termasuk satu keluarga, yaitu keluarga Adam a.s. Sebagaimana harimau menyadari kelaparan anak-anaknya dan pergi berburu, maka engkau semua harus menganggap Semua umat manusia sebagai keluargamu sendiri dan membantu siapa saja yang sedang membutuhkan. Jika engkau mengetahui bahwa seseorang sedang menderita, engkau harus melakukan hal yang terbaik untuk menyembuhkan rasa sakitnya. Ketika engkau melihat seseorang sedang dalam kesulitan, maka cobalah untuk menyenangkannya. Ketika engkau sadar akan usia tua, penyakit, kelaparan, atau penderitaan mental yang dialami orang lain, maka cobalah untuk mengerti dan menolong.
Jika engkau mampu membawa kedamaian untuk orang lain, perbuatanmu ini akan membawa kebaikan kepada kehidupan jiwamu, dan ia akan rnenumbuhkan kesatuan dalam keluarga manusia. Kemudian jika ada air dan makanan di rumahmu, akan ada air dan makanan di rumah yang lain. Dan jika ada keriangan di dalam sebuah rumah, seluruh keluarga akan penuh dengan keriangan itu. Jika setiap orang bertekad untuk hidup dengan cara mi, maka ke mana saja manusia hidup, di Situ ada surga. Kesatuan dan cinta yang demikian adalah surga kerajaan Tuhan dan esensi kehidupan yang penuh kenikmatan. Sebaliknya, tiada neraka yang lebih buruk ketimbang hidup seorang manusia tanpa kesatuan dan cinta. Api pikiran yang menyala dalam hati manusia yang demikian lebih buruk daripada api neraka. Dengan api mi, dia membakar hati dan hidup semua saudaranya.
Cintaku, cucu-cucuku. Setiap dan engkau harus memikirkan tentang apa yang telah aku katakan dan memahami maknanya bagi kehidupanmu. Tunjukkan setidaknya pemahaman sebagaimana yang dimiliki harimau itu. Jika manusia mau menggunakan sedikit saja keanifannya, dia mampu melakukan banyak kebaikan. Engkau juga bisa melakukan sebanyak itu, bukan?
Lakukan hal terbaik untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan kesatuan, cinta, kedamaian, dan kesabaran dalam keluargamu sendiri dan dalam keluarga dunia. Semua orang harus hidup dalam kesatuan dengan diri mereka sendiri dan dengan Tuhan dan kebenaran.
Jangan bermalas-malasan seperti singa, yang menunggu seseorang untuk memberi makan rasa lapar kehidupanmu atau lapar jiwamu. Engkau tidak dapat mencari surga dan orang lain
atau mengharapkan keuntungan dan doa-doamu. Engkau tidak dapat memperoleh kekayaan jiwa, kekayaan keagungan, atau kekayaan kearifan melalui usaha-usaha orang lain. Ketika ia sampai kepada doa dan jiwa, masing-masing engkau harus herusaha untuk mendapatkannya. Tak penting seberapa masalah yang engkau hadapi, engkau akan memperoleh keuntungan dan menjadi baik melalui pencarian dan perjuangannya. Maka karmamu akan berakhir, rasa lapar jiwamu akan mereda, dan engkau akan menemukan kedamaian.
Sayangku, cucu-cucuku, anak-anakku, saudara-saudaraku. Engkau harus merenungkannya. Masing-masing engkau harus melakukan usaha-usaha keras untuk melahirkan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan jiwamu. Dengan sangat rendah hati dan dengan cinta yang besar, aku meminta engkau untuk mengembangkan sifat-sifat dan kearifan yang akan membantumu untuk menjalani kehidupan yang demikian. Semoga Allah rnenolongmu. Amin.
cahaya sufi
Baca Selengkapnya >>
Rabu, 20 Juni 2012
Syaikh Muhammad Fadhil al-Jaelani al Hasani
141. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. 142. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Dan agar Allah membersihkandan mensucikan qalbu orang-orang yang beriman yang telah sampai tahap yaqin dan meraih hakikat, melalui kejernihan tauhid, dan Dia membinasakan kegelapan jauh dari Allah Swt, dan alam relativitas bagi orang-orang kafir yang tertutup oleh nafsu kebatilannya yang gelap yang serba kasar jauh dari Cahaya Wujud.
Apakah kalian mengira wahai para penempuh Jalan Allah Azza wa-Jalla, yang menuju jalan tauhid, bahwa mereka sama derajatnya di sisi Allah di dalam penempuhannya?
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga Wadhah Dzatiyaah (syurga Keesaan Dzat),
padahal belum nyata bagi Allah, dipisahkan oleh Allah melalui IlmuNya yang langsung, antara orang-orang yang berjihad diantaramu, dalam menempuh JalanNya lahir maupun batin, dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Mereka berusaha keras di dalamnya sampai mencurahkan segalanya pada puncaknya lalu mereka fana di dalam Dzat Allah sehingga mereka menjadi para penyaksiNya, yang hadir di hadapanNya dan memegang amanahNya di sisi Allah, yang tidak takut dan tidak bersedih, disbanding orang-orang yang hanya duduk-duduk saja dan orang-orang yang malas. Dan ia juga mengetahui dan dapat membedakan dari mereka orang-orang yang menetap di tempat ketetapan dan ridha Allah yang belaku pada mereka berupa takdir dengan tanpa melampaui atau kontra.
Syaikh Abdul Qadir Jaelani berkata tentang firman Allah Swt: “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Al-Isra’ 109)
Dan mereka menyungkur pula, orang-orang yang mengamalkan dan memiliki pengetahuan tentang hakekat al-Quran setelah mereka melakukan analisis di dalam hikmah, hukum-hukum, realitas-realitas dan pengetahuan-pengetahuannya. Mereka menyungkur mukanya, saat kondisi mereka menangis karena takut kepada Allah Swt.
Intinya mereka bertambah dalam kekhusyu’an melalui analisis dan renungan mendalam dan menambah kepatuhan mereka karena mereka tersingkapkan rahasia-rahasia yang disaksikan oleh rasa mereka dan berhasil mencicipi kenikmatan, ekstase mereka, dan rahasia-rahasia batin mereka.
Ini adalah metode Syaikh Abdul Qadir Jaelani dan Thariqah Qadiriah yang luhur dan penuh dengan keberkahan berdasarkan pada al Quran dan al Hadits.
Prinsip-prinsip tasawuf dalam pandangan Syaikh Abdul Qadir Jaelani
Syaikh Abdul Qadir al Jaelani telah menggariskan prinsip-prinsip yang kuat yang diletakkan pada tasawuf yang Islami dan yang benar yang memadukan antara ilmu syariat yang didasarkan pada al Quran dan sunnah Rasul dan tasawuf, komitmen untuk mempraktekkannya beradasarkan prinsip-prinsip syariat Islam dan memadukan jalan pertemuan antara para ulama yang mengkaji hukum-hukum syariat Islam dan antara para tokoh tasawuf, yang meletakkan fondasi ruhani dan amaliyah hati dengan menjelaskan bahwa agama yang lurus di dasarkan pada pekerjaan-pekerjaan Iahiriah (shalat dan puasa) serta amaliyah bathin (ikhlas dan sifat wara’ dsb…) sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah r.a ia berkata:
“Adalah Nabi Muhammad Saw pada suatu hari muncul menemui orang-orang lalu malaikat Jibril datang kepadanya dan Ia bertanya: Apakah iman itu? Iman ialah engkau beriman kepada Allah, malaikat bertemu denganNya dan beriman pada para Rasul serta beriman kepada hari kebangkitan.
Jibril bertanya lagi apakah Islam itu? Nabi Saw, menjawab Islam adalah hendaknya engkau beriman kepada Allah dan tidak menyekutukannya, mendirikan shalat, menunaikan zakat serta berpuasa di bulan ramadhan.
Jibril bertanya apa yang dimaksud dengan Ihsan: Nabi Saw, menjawab engkau beriman kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya dan apabila engkau tidak melihatNya, maka niscaya Dia melihatMu...”
Jika demikian maka agama terbagi menjadi tiga macam.
Bagian pertama terkait dengan akidah dan tauhid
Ayat-ayat dan hadits-hadits di dalam bagian pertama ini banyak sekali berkisar pada masalah keimanan dan rukun-rukunnya, sifat Uluhiyah, Rububiyah, kematian dan masalah beriman kepada Allah Swt, malaikat, para rasul dan kitab suci-kitab suci samawiNya serta beriman kepada hari akhir setelah masalah takdir, baik dan buruknya dan hal-hal yang ghaib. Ilmu ini dinamakan dengan ilmu akidah, tauhid atau ilmu kalam.
Bagian kedua berhubungan dengan perbuatan mukallaf
Ia mencakup hubungan manusia dengan dirinya sendiri serta makhluk lainnya serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Ayat-ayat dan hadis-hadits di dalam bagian ini banyak sekali berkisar pada masalah halal dan haram, sunnah, makruh, mandub dan mubah. Ia juga mencakup seluruh jenis ibadah, muamalah, hudud, jinayat, ahwal syakhshiah, jual-beli, pertanian, rukun Islam, hukum, peradilan dan hal-hal lainnya. Ilmu ini dinamakan dengan ilmu fiqh, ushul fiqh dan tarikh tasyri’.
Bagian ketiga berhubungan dengan diri seorang mukallaf
Sisi penyuciannya dari seluruh sifat-sifat yang tercela dan buruk serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. Ayat-ayat al Quran serta hadits-hadits di dalam bagian ketiga ini banyak juga berkisar pada masalah akhlak dan moral Islam. Ilmu ini dinamakan dengan ilmu zuhud, tasawuf serta wara’.
Syaikh Abdul Qadir al Jaelani telah menjelaskan perpaduan bagian-bagian yang tiga ini. Beliau mendidik para penempuh menuju pengenalan terhadap eksistensi agama ini melalui kitab-kitabnya serta majlis-majlisnya. Dengarkanlah saat beliau berkata: “Lihatlah kepada dirimu dengan penglihatan rahmat dan kasih sayang dan jadikanlah al Quran serta sunnah di hadapanmu serta lakukan analisis di dalamnya dan amalkanlah serta janganlah engkau tertipu oleh ungkapan-ungkapan yang tidak jelas (sumbernya) serta isu-isu. Allah Swt berfirman:
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu, apa yang diberikan Rasul kepadamu. Maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.” Janganlah kalian melanggar lalu kalian tidak mengamalkan apa yang terdapat di dalam al Quran lalu kalian menciptakan amaliah serta ibadah untuk diri kalian sendiri sebagaimana Allah Swt berfirman mengenai orang-orang yang telah sesat dari jalan yang lurus:
“Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rabbaniyyah Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.”
Ia juga berkata:
Wahai kaum mintalah nasehat kepada al Quran, yaitu dengan mengamalkannya dan janganlah kalian berdebat di dalamnya. Akidah adalah kalimat yang pendek sedangkan amaliyah begitu banyak. Kalian harus beriman kepadaNya. Benarkanlah dengan hati kalian dan beramalah dengan anggota tubuh kalian. Sibukkanlah diri kalian dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kalian dan janganlah kaIian menoleh kepada akal yang memiliki kekurangan dan hina.
Wahai kaum Sufi…
Dalil naqli tidak dapat dianalisa mengunakan akal, dan nash al Quran tidak dapat ditinggalkankan lalu digantikan dengan qiyas. Seorang saksi tidak dapat ditinggalkan begitu saja dan anda hanya bersandar pada sekedar dakwaan harta manusia. Suatu dakwaan tidak dapat diambil dengan tanpa bukti. Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Apabila orang-orang mengambil dakwaan mereka, maka niscaya suatu kaum dapat mengklaim darah suatu kaum dan harta mereka tetapi saksi bagi yang melakukan dakwaan dan sumpah bagi orang yang mengingkarinya.”
Syaikh Abdul Qadir al Jaelani berkata saat ia memberikan wasiat kepada anaknya Syaikh Abdur Razaq (kakekku) untuk berkomitmen pada Thariqah:
“Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah Swt dan berbuat taat kepadaNya. Janganlah engkau takut kepada siapapun selain Allah Swt. Janganlah engkau berharap pada seseorang selain Allah Swt. Seluruh kebutuhan hendaklah disandarkan kepada Allah Swt dan mintalah semuanya kepadaNya. Janganlah engkau percaya kepada seseorang selain kepada. Allah Swt dan janganlah engkau bergantung kecuali kepadaNya. Hendaklah engkau berpegangan kepada tauhid, tauhid dan tauhid. Sesungguhnya terpadunya segala sesuatu pada tauhid.”
Lalu beliau berkata: “Lewatlah kalian melalul berita tentang sifat Allah yang ada. Hukum dapat berubah sementara ilmu pengetahuanNya tidak dapat berubah. Hukum dapat dihapus dan ilmu tidak dapat dihapus.
Aku berwasiat kepadamu wahai anakku untuk bertakwa kepada Allah dan berbuat taat kepadaNya, menetapkan syariat dan menjaga batas-batasnya. Ketahuilah wahai anakku sesungguhnya thariqah kita ini didasarkan pada al Quran dan Sunnah, lapang dada, kedermawanan, mencegah keburukan, mengemban derita, dan mewngulurkan tangan menolong sesame kawan.
Di sana terdapat banyak nash-nash al Quran juga yang menunjukkan keselamatan Thariqah Syaikh Abdul Qadir Jaelani dan generasi setelahnya dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian orang yang mengklaim tasawuf.
Adapun pemahaman arti tasawuf menurut Syaikh Abdul Qadir al Jaelani, beliau telah memberikan definisi dengan ungkapannya:
Tasawuf adalah berbuat benar pada Allah Swt, beretika dengan baik kepada makhluk Allah Swt.
Ia juga mendefinisikan tasawuf dengan ucapannya: Tasawuf adalah takwa kepada Allah Swt, berbuat taat kepadaNya, melaksanakan syariat yang bersifat lahiriah, kelapangan dada, kemurnian jiwa, keceriaan wajah, berusaha murah hati, mencegah bahaya dan mengembannya, miskin, menjaga kehormatan para syaikh, bergaul dengan baik kepada sesama saudara, nasehat bagi yang muda dan tua, meninggalkan pertikaian, berlemah lembut, konsisten, mendahulukan kepentingan orang lain, menjauhkan diri dari menyimpan persediaan makanan, tidak bergaul pada orang yang bukan peringkat mereka dan saling membantu di dalam masalah agama dan dunia.
Dari sini menjadi jelas bagi kita bahwa Syaikh Abdul Qadir al Jaelani ra mengartikan tasawuf dengan pengaturan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannnya dengan benar dalam beribadah kepadaNya di satu sisi, dan pengaturan hubungan manusia dengan manusia lainnya dengan muamalah yang baik dan berprilaku yang lurus dari sisi Iainnya.
Dan akhimya aku ingin memberikan wasiat pada kalian semua para peserta, kongres Sufi yang diorganisir oleh Nahdhlatul Ulama, melalui wasiat kakek yaitu Sayyid Abdul Qadir al Jaelani dan (hendaklah kIta) mengajarkan kepada anak-anak (kita) kemajuan di bidang teknologi dan dinamikanya di bawah panji tasawuf yang hakiki dan mendidik tasawuf yang sejati.
sumber cahaya sufi
Baca Selengkapnya >>
KH. Sonhaji Nawal Karim Zubaidi, pimpinan Jam’iyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al Mughits, Udanawu, Blitar.
Gus Shonhaji Nawal Karim Zubaidi
Sosoknya murah senyum dan santun. Namun, di balik kesantunan serta sikapnya yang sumeh terhadap semua tamu yang sowan kepadanya dari kalangan apapun, nampak aura wibawa yang begitu besar. Usianya masih sangat muda, namun ilmu dan kharismanya begitu terasa. Tak heran jika jam’iyyah sholawat yang dipimpinnya diikuti ribuan jamaah. Itulah kesan kru MU saat bersilaturahim dengan beliau beberapa waktu silam. Dialah KH. Sonhaji Nawal Karim Zubaidi, pimpinan Jam’iyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al Mughits, Udanawu, Blitar.
Rupanya, Gus Sonhaji, begitu beliau sering disapa, sudah mengenal Media Ummat. Suatu saat, di sela-sela beliau mengajar di Pesantren Lirboyo Kediri, yang rutin dilakoninya dua kali seminggu, Gus Sonhaji membeli Tabloid Media Ummat di koperasi Pesantren Lirboyo, yang saat itu cover foto yang kami sajikan Syeikh Fadil al-Jaelani dan Gus Shonhaji.
“Kulo nggeh kaget kok, lho foto kulo dimuat ngoten ingkang kalian Syeikh Fadhil,” (Saya kaget, melihat foto saya dimuat di Media Ummat bersama Syekh Fadhil) itulah sepenggal percakapan ringan kyai muda yang suka berpakaian serba putih, diiringi senyuman khas dan canda ketika beliau menerima kru MU.
Besar di Lirboyo
Gus Sonhaji Nnawal Karim lahir di lingkungan pesantren tepatnya tanggal 27 Agustus 1978. Beliau adalah putra seorang ulama besar di Blitar, Almarhum KH. Zubaidi Abdul Ghofur. Sejak kecil, Gus Shonhaji dibimbing langsung oleh abah dan ibunya. Pada tahun 1999, selepas menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar, putra ke 6 dari tujuh bersaudara ini langsung menuntut ilmu di Pesantren Lirboyo, Kediri. Di pesantren yang telah melahirkan ribuan kyai besar ini, Gus Shonhaji langsung masuk Madrasah Diniyah di kelas IV Ibtidaiyah. Beliau menyelesaikan pendidikan diniyahnya sampai kelas III Aliyah. Setamat dari madrasah diniyah beliau berkhidmah, mengajar di alamamaternya itu sampai kemudian beliau diambil mantu oleh KH. Habibullah Zaini, Kepala Madrasah Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang merupakan cucu dari Mbah Kyai Abdul Karim, salah seorang pendiri Pesantren Lirboyo.
Gus Shonhaji dinikahkan dengan putri Kyai Habibullah, Ning Hj. Lia Hikmah Al-Maula. Dari pernikahannya yang berlangsung pada tahun 2002 ini beliau sudah dikaruniai 4 Putra, 1. Neng Senly Anjely Robb. 2. Neng Halwa Mayla Sabna Robb. 3. Agus Muhammad Zubaidi Shonhaji Nawal Karim 4. Neng Hasna Ziyanaddini Robb.
Sampai detik ini, Gus Shonhaji tetap istiqomah mengembang amanat kyai-kyainya di Lirboyo dengan mengajar di pesantren Lirboyo seminggu dua kali, setiap malam Selasa dan malam Kamis. Beliau memegang erat nasehat para kyainya, bahwa di manapun, kapanpun serta apapun kesibukannya, tetap harus mengajar, meski hanya mengajar alif ba ta. Gus Shonhaji juga diamanati menjadi wakil ketua di Forum Musyawarah Bahtsul Masaail Jawa Madura (FMPP) yang diprakarsai para alumni Lirboyo. Beliau mengaku kurang bisa aktif karena kesibukannya mengurusi jam’iyyah sholawat serta mengajar di pesantren.
Begitu besarnya rasa tanggung jawab dan pengabdian beliau kepada kyai dan almamaternya, beliau tidak mau absen mengajar kecuali benar-benar dharurat. Menurut keterangan salah seorang santrinya, pernah saat pulang dari menghadiri majelis dzikir di Hongkong, sesampainya di bandara Juanda, beliau langsung minta diantar ke Lirboyo untuk mengajar, karena malam itu jadwal beliau menyampaikan ilmu kepada para santri. Beliau tidak ingin mengecewakan orang-orang yang telah memberikan kepercayaan kepadanya, subhanallah.
Selain mengajar di Lirboyo, Gus Shonhaji juga diamanahi untuk memimpin madrasah diniyyah di Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Udanawu Blitar.
Niat Berkhidmah
Sebagai seorang ulama yang tergolong masih muda, tugas dan tanggung jawab Gus Shonhaji dalam memimpin majelis dzikirnya, Jam’iyah Shalawat Nariyah al-Mustaghisul Mugisth tentu sangat besar. Awalnya, tidak terlintas dalam pikiran beliau majelis yang didirikannya empat tahun lalu ini akan sebesar ini. Majelis yang diemban, bermula hanya untuk teman-teman alumni Pondok Mambaul Hikam. Dan sebenarnya, sudah lama aurod atau wirid ini diistiqomahkan setiap malam Rabu di Pondok Pesantren Mambaul Hikam sejak zaman pendiri pondok (kakek beliau, Kyai Abdul Ghofur).
“Awalnya aurod nariyah ini diamalaken Abah bersama santri-santri setiap malam Selasa. Setelah Abah wafat, amalan ini saya buka untuk masyarakat umum. Ternyata, alhamdulillah, responnya sangat bagus,” kenang Gus Shonhaji
Kini, sudah empat tahun lebih perjalanan jam’iyyah sholawat yang didirikannya. Jamaahnya semakin membludak dari berbagai kota di Jawa Timur, seperti Blitar , Tulungagung, Kediri, Jombang, Nganjuk, dan banyak dari daerah lainnya yang istiqomah mengikuti majelis mulia ini.Bahkan, kini kegiatan jam’iyyahnya sampai di luar negeri seperti di Hongkong dan Macau.
Ketika ditanya, apa rahasianya, sehingga jam’iyyah sholawat yang dibinanya diikuti begitu banyak jamaah, beliau memilih merendah. “Saya merasa saya tidak memiliki keistimewaan apa-apa. Kita hanya mengajak masyarakat membaca dzikir dan sholawat bersama-sama,” demikian pengakuan Gus Shonhaji merendah.
Namun, Gus Shonhaji akhirnya mau berbagi hikmah. Menurut beliau, mungkin saja, kegiatannya di jam’iyyah sholawat ini berjalan baik barokah dari do’a restu sang ibu. Memang, setiap akan menghadiri kegiatan majelis dzikirnya, Gus Shonhaji selalu matur dan mohon doa restu kepada sang ibu, baik kegiatannya di tempat jauh maupun dekat. Bahkan, kalau sang ibu tidak mengizinkan, beliau tidak akan berangkat.
Berbicara seputar rahasia Gus Shonhaji, salah seorang murid beliau yang tidak ingin disebut namanya menuturkan beberapa keistimewaan kyai yang baru berumur 34 tahun ini. Diantaranya, Gus Shonhaji tidak pernah mau menerima bisyaroh meski beliau memipin majelis dzikir di tempat yang jauh. Beliau mengikhlaskan dirinya untuk berkhidmah melalui jam’iyyah sholawat. Di samping itu, untuk mengajari ke ikhlasan kepada para jamaah, Gus Shonhaji tidak mau ada kotak amal atau serban keliling yang mengambil sedekah dari para jamaah. Khawatir, kalau para jamaah memberikan sedekahnya gara-gara orang di sebelahnya bersedekah. Untuk itu, beliau hanya mengizinkan ada kotak amal yang diletakkan di tempat tertentu saja. Sehingga jamaah mau nyemplungkan uang atau tidak tidak ada perasaan sungkan.
Gus Shonhaji juga berusaha untuk dekat dengan para jamaah, meskipun mereka orang biasa. Demi menyenangkan jamaah, Gus shonhaji minta agar panitia menyediakan area parkir yang tidak terlalu jauh dari tempat dzikir. Kasihan jamaah nanti kecapean, demikian alasan beliau.
Majelis Malam Rabu
Majlis Taklim dan Dzikir Jam’iyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al-Mughits adalah suatu organisai yang menjadikan Sholawat Nariyyah sebagai salah satu amalannya, berlandaskan ajaran Ahlussunnah waljama’ah serta ajaran ulama’ salafussholih. Jam’iyah ini berpusat di Dusun Mantenan Kec. Udanawu Kab. Blitar.
Jam’iyyah ini berdiri kurang lebih 4 tahun yang lalu dan diprakarsai oleh KH. Muhammad Shonhaji Nawal Karim Zubadi beliau Adalah cucu dari KH. Abdul Ghofur Pendiri Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam Mantenan Udanawu Blitar. Jam’iyah yang masih berumur belia ini ternyata begitu pesat perkembanganya, hal ini tidak lepas dari figur seorang pemimpin yang kharismatik dan keturunan dari ulama’ besar. Tentu saja, ini merupakan salah satu buah keikhlasan beliau dalam berkhidmah, baik kepada Allah, Rasulullah, para kyai maupun para jamaah.
Jam’iyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al Mughits dilaksanakan dengan berbagai macam rutinan, baik itu rutin induk, rutin pusat sughro, rutin pusat kubro, rutin cabang dan rutin iqroran (buka cabang) setiap malam rabu seperti yang tertera pada AD/ART.
Setiap rutinan buka cabang (malam rabu) sementara ini dihadiri kurang lebih 30 – 60 ribu jamaah.
Adapun rangkaian kegiatan majelis taklim dan dzikir Jam’iyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al-Mughits yaitu pembacaan surat Yasin dan pembacaan sholawat Nariyah dan pengajian (taklim) yang disampaikan Gus Shonhaji. Di samping itu, selama acara berlangsung disediakan fasilitas pengobatan gratis bagi para jamaah. Pengobatan gratis ini ditangani tim khusus berjumlah 30 orang. (*)
http://mediaummat.co.id/kh-sonhaji-nawal-karim-zubaidi-pimpinan-jamiyyah-sholawat-nariyyah-mustaghitsu-al-mughits-udanawu-blitar/
Baca Selengkapnya >>
Sejarah Ringkas LDII
Pendiri aliran ini adalah Nur Hasan Ubaidah Lubis (Luar Biasa) alias Madigal pada tahun 1951 M dengan nama Darul-Hadits. Bertempat di desa Burengan Banjaran, Kediri, Jawa Timur, karena ajarannya meresahkan masyarakat setempat, maka Darul Hadits ini dilarang oleh PAKEM (Pengurus Aliran Kepercayaan Masyarakat) Jawa Timur pada tahun 1968 M.
LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) adalah nama baru dari sebuah aliran sesat yang cukup besar dan tersebar di Indonesia. Pendiri aliran sesat ini adalah Nur Hasan Ubaidah Lubis (Luar Biasa) alias Madigal. Awal berdirinya, lembaga ini tahun 1951 M bernama Darul-Hadits. Bertempat di desa Burengan Banjaran, Kediri, Jawa Timur. Karena ajarannya menyimpang dan meresahkan masyarakat setempat, maka Darul-Hadits ini dilarang oleh PAKEM (Pengurus Aliran Kepercayaan Masyarakat) Jawa Timur pada tahun 1968 M. Kemudian berganti nama dengan Islam Jama’ah (IJ). dan karena penyimpangannya serta membikin keresahan masyarakat, terutama di Jakarta, maka secara resmi Islam Jama’ah dilarang di seluruh Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung RI No. Kep. 08/D.4/W.1971 tanggal 29 Oktober 1971 M. Karena Islam Jama’ah sudah terlarang di seluruh Indonesia, maka Nur Hasan Ubaidah Lubis mencari taktik baru, yaitu dengan mendekati Letjen Ali Murtopo (Wakil Kepala Bakin dan staf Opsus (Operasi Khusus Presiden Suharto) waktu itu. Sedangkan Ali Murtopo adalah seorang yang dikenal sangat anti terhadap Islam. Dengan perlindungan Ali Murtopo maka pada tanggal 1 Januari 1972 M Islam Jama’ah berganti nama menjadi ‘Lemkari’ (Lembaga Karyawan Islam atau Lembaga Karyawan Dakwah Islam) dibawah payung Golkar. Lemkari akhirnya dibekukan oleh Gubernur Jawa Timur, Soelarso, juga dikarenakan masih tetap menyimpang dan menyusahkan masyarakat, dengan SK No. 618 tahun 1988 tanggal 24 Desember 1988 M. Kemudian pada bulan November 1990 M mereka mengadakan Musyawarah Besar Lemkari di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, dan berganti nama menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) atas anjuran Menteri Dalam Negeri, Rudini, waktu itu, dengan alasan agar tidak rancu dengan Lembaga Karatedo Republik Indonesia.
Biografi Nur Hasan Ubaidah
Nur Hasan Ubaidah Lubis lahir pada tahun 1915 M di desa Bangi, Kec. Purwosari, Kab. Kediri, Jawa Timur dengan nama kecil Madikal atau Madigal. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa dia dilahirkan pada tahun 1908 M. Dia hanya mengenyam pendidikan formal setingkat kelas 3 SD sekarang. Dan pernah juga belajar di pondok Sewelo Nganjuk, lalu pindah ke pondok Jamsaren Solo yang hanya bertahan sekitar tujuh bulan. Dia dikenal suka terhadap perdukunan. Kemudian dia terus belajar di sebuah pondok yang khusus mendalami pencak silat di Dresno Surabaya. Dari Dresno dia melanjutkan belajar kepada Kyai Ubaidah di Sampang, Madura, kegiatannya adalah mengaji dan melakukan wiridan di sebuah kuburan yang dikeramatkan. Nama gurunya inilah yang kemudian dipakai sebagai nama belakangnya. Dia juga pernah mondok di Lirboyo, Kediri dan Tebu Ireng, Jombang, lalu berangkat naik haji pada tahun 1929 M, setelah pulang haji namanya Madigol diganti dengan Haji Nur Hasan, sehingga menjadi Haji Nur Hasan al-Ubaidah. Adapun nama Lubis konon itu panggilan murid-muridnya, singkatan dari luar biasa selain itu dia juga bergelar imam atau amir. Menurut ceritanya dia berangkat naik haji ke Makkah pada tahun 1933 M, kemudian belajar Hadits Bukhari dan Muslim kepada Syaikh Abu Umar Hamdan dari Maroko, lalu belajar lagi di Madrasah Darul-Hadits yang tempatnya tidak jauh dari Masjidil Haram. Dan nama Darul-Hadits itulah yang dipakai untuk menamai pesantrennya. Namun ada cerita lain, bahwa dia pergi ke Makkah bukan tahun 1933 M, tetapi sekitar tahun 1937/1938 M untuk melarikan diri setelah terjadi keributan di Madura. Dan dia tidak pernah belajar di Darul-Hadits, sebagaimana hal itu dibantah oleh pihak Darul-Hadits tatkala ada orang yang tabayyun (melakukan klarifikasi) ke sana. Maka ada beberapa versi cerita tentang kegiatan Nur Hasan di Makkah, bahwa konon menurut teman dekatnya waktu di Tanah Suci dia belajar ilmu ghaib (perdukunan) kepada orang Baduwi dari Persia (Iran), dan dia tinggal di Makkah selama 5 tahun. Ketika pulang ke Indonesia pada tahun 1941 M, dia membuka pengajian di Kediri dan dia mengaku sudah bermukim di Mekkah selama 18 tahun. Pada mulanya pondoknya biasa-biasa saja, baru pada tahun 1951 M ia memproklamirkan nama pondoknya Darul-Hadits4. Nur Hasan wafat pada tanggal 31 Maret 1982 M dalam kecelakaan lalu lintas di jalan raya Tegal–Cirebon, tatkala ia ingin menghadiri kampanye Golkar di lapangan Banteng Jakarta. Setelah ia meninggal status amir/imam digantikan oleh putranya Abdu Dhahir yang di-bai’at sebelum mayat bapaknya dikuburkan, di hadapan tokoh-tokoh LDII, sebagai saksi bahwa putranya itulah yang berhak mewarisi seluruh harta kekayaan Islam Jamaah/Lemkari/LDII.5
Pokok-Pokok Ajaran Islam Jama’ah/Lemkari/LDII
1. Orang Islam diluar kelompok mereka adalah kafir dan najis, sekalipun kedua orangtuanya.
2. Kalau ada orang di luar kelompok mereka yang melakukan shalat di masjid mereka, maka bekas tempat shalatnya dicuci karena dianggap sudah terkena najis.
3. Wajib taat kepada amir atau imam.
4. Mati dalam keadaan belum bai’at kepada amir/imam LDII, maka akan mati jahiliyyah (mati kafir).
5. al-Qur’an dan Hadits yang boleh diterima adalah yang manqul (yang keluar dari mulut imam atau amir mereka). Adapun yang keluar/diucapkan mulut-mulut yang bukan imam mereka atau amir mereka, maka haram untuk diikuti.
6. Haram mengaji al-Qur’an dan Hadits kecuali kepada imam/amir mereka.
7. Dosa bisa ditebus kepada sang amir/ imam, dan besarnya tebusan tergantung besar-kecilnya dosa yang diperbuat, sedang yang menentukannya adalah imam/amir.
8. Harus rajin membayar infaq, shadaqah dan zakat kepada amir atau imam mereka, dan haram mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah kepada orang lain.
9. Harta benda diluar kelompok mereka dianggap halal untuk diambil atau dimiliki dengan cara bagaimanapun memperolehnya, seperti mencuri, merampok, korupsi, menipu dan lain sebagainya, asal tidak ketahuan/ tertangkap. Dan kalau berhasil menipu orang Islam di luar golongan mereka, dianggap berpahala besar.
10. Bila mencuri harta orang lain yang bukan golongan LDII lalu ketahuan, maka salahnya bukan mencurinya itu, tapi “kenapa (ketika) mencuri kok (sampai) ketahuan?” Harta orang selain LDII diibaratkan perhiasan emas yang dipakai oleh macan, yang sebetulnya tidak pantas, karena perhiasan ini hanya untuk manusia. Jadi perhiasan itu boleh diambil dan tidak berdosa, asal jangan sampai diterkam. (Kasarnya; nyolong harta non-LDII itu boleh).
11. Harta, uang zakat, infaq, shadaqah yang sudah diberikan kepada imam/amir, haram ditanyakan kembali catatannya atau digunakan kemana uang zakat tersebut. Sebab kalau bertanya kembali pemanfaatan zakat-zakat tersebut kepada imam/amir, dianggap sama dengan menelan kembali ludah yang sudah dikeluarkan.
12. Haram membagikan daging kurban atau zakat fitrah kepada orang Islam diluar kelompok mereka.
13. Haram shalat di belakang imam yang bukan kelompok mereka, kalaupun terpaksa sekali, tidak usah berwudhu karena shalatnya harus diulang kembali.
14. Haram nikah dengan orang diluar kelompok.
15. Perempuan LDII/Islam Jama’ah kalau mau berkunjung ke rumah orang yang bukan kelompok mereka, maka memilih waktu pada saat haid, karena badan dalam keadaan kotor (lagi haid), (maka) ketika (kena najis) di rumah non-LDII yang dianggap najis itu tidak perlu dicuci lagi, sebab kotor dengan kotor tidak apa-apa.
16. Kalau ada orang diluar kelompok mereka yang bertamu di rumah mereka, maka bekas tempat duduknya dicuci karena dianggap kena najis.
Syari’at Islam Menguak Kesesatan LDII
Penulis akan sampaikan sebagian syari’at Islam yang secara jelas membantah pokok-pokok ajaran LDII, diantaranya:
1. Islam melarang keras pengkafiran seorang Muslim yang mengucapkan kalimat syahadatain (dua kalimat syahadat) sehingga terpenuhi syarat-syaratnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin,” (lalu kamu membunuhnya) dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. An-Nisa’ : 94)Imam Ibnu Katsir menceritakan dalam tafsirnya tentang sebab turunnya ayat diatas. Diantaranya adalah tentang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membunuh seseorang dalam peperangan sedangkan orang yang dibunuh tersebut telah bersyahadat (mengaku sebagai Muslim)7Dan juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Lelaki mana saja yang berkata kepada saudaranya; ‘Wahai orang kafir!,’ maka sungguh akan kembali ucapan tersebut kepada salah satu dari keduanya.” (HR. Bukhari nomor 5753, Muwwatha’ nomor 1777) Penulis Nawaqidul-Iman Quliyyah wa Amaliyyah menukil perkataan Imam asy- Syaukani; “Ketahuilah bahwa tidak layak bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menghukumi seorang Muslim dengan Murtad (keluar dari Islam) dan kafir, kecuali dia telah membawa bukti yang jelas dan gamblang, melebihi kejelasan matahari di siang hari.”8
2. Tidak ada seorangpun yang berhak menentukan seseorang itu masuk surga atau neraka, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.Imam Abul-Izzi al-Hanafi dalam Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah menjelaskan bahwa kita tidak boleh menghukumi/ memastikan kepada seseorang dari Ahlul-Kiblat (Muslimin) bahwa dia termasuk penduduk surga atau penduduk neraka. Kemudian beliau menjelaskan pendapat Salaf tentang hal ini, dimana mereka membaginya dalam tiga kelompok:
a. Kepastian (bahwa seseorang masuk) surga hanya boleh dikatakan untuk para Nabi.
b. Kepastian (bahwa seseorang masuk) surga boleh dikatakan kepada seluruh Mukmin (secara umum) yang telah ditunjukkan oleh dalil (al-Kitab dan as-Sunnah), inilah pendapat kebanyakan ulama Salaf.
c. Kepastian (bahwa seseorang masuk) surga boleh dikatakan setiap Mukmin yang dikatakan oleh kaum Mukminin bahwa dia termasuk ahli surga.9
3. Pengampunan dosa itu menjadi hak Allah secara mutlak.Dalam hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bercerita bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada segenap Quraisy dan kerabat dekatnya (yang artinya):“Wahai segenap kaum Quraisy! –atau ucapan semisalnya– Juallah jiwa-jiwa kalian (dengan tauhid dan mengikhlaskan ibadah kepada Allah-ed), saya tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun bagi kalian dari adzab Allah. Wahai Bani Abdul-Muthalib, saya tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun bagi kalian dari adzab Allah. Wahai ‘Abbas bin Abdul-Muthalib, saya tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun bagimu dari adzab Allah. Wahai Shafiyyah bibi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun bagimu dari adzab Allah. Wahai Fathimah putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mintalah kepadaku harta benda dariku sekehendakmu, saya tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun bagimu dari adzab Allah.” (HR. Muslim nomor 206).Maka kalau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak bisa menjamin keselamatan akhirat keluarga dekatnya, bahkan terhadap putrinya sendiri, bagaimana mungkin imam LDII itu berani menghapus dosa jama’ahnya dan memberikan jaminan surga bagi mereka?
4. Rujukan pemahaman al-Qur’an dan as-Sunnah yang benar adalah manhaj Salaf (baca Fatawa volume 03), bukan merujuk kepada pendapat imam LDII, atau imam-imam jama’ah dari jama’ah-jama’ah sempalan Islam (lainnya).
5. Islam memerintahkan kaum Muslimin untuk berbuat adil dan melarang mereka dari berbuat zhalim (aniaya) dengan siapapun termasuk dengan orang kafir.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):“…dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah kalian, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. al-Ma’idah : 8)“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.” (QS. al-Ma’idah : 38) Dalam ayat-ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membeda-bedakan apakah kaum yang dibenci tersebut Mukmin atau kafir dan juga tidak membedakan apakah barang yang dicuri itu milik seorang Muslim atau seorang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “…maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. at-Taubah : 7) Dalam ayat ini jelaslah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk tetap berlaku lurus terhadap orang kafir, selama mereka berlaku lurus kepada kaum Muslimin. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan sikap tersebut sebagai tanda atas ketakwaan seseorang. Demikianlah sebagian bantahan bagi ajaran sesat LDII, mudah-mudahan dengan yang sebagian ini cukup menjadi suatu kejelasan bagi pembaca bahwa LDII memang betul-betul merupakan aliran sesat dan menyesatkan, yang mengharuskan kita untuk menjauhi kelompok tersebut dan menghimbau saudara-saudara kita kaum Muslimin untuk menjauhinya.
Peringatan dan Himbauan
Meskipun LDII sangat jelas kesesatannya, namun karena kebodohan yang amat sangat menimpa kaum Muslimin, maka tidak sedikit dari kaum Muslimin khususnya di Indonesia yang terjerumus ke dalam ajaran sesat LDII ini. Disamping (karena) kelicikan, kebohongan dan prinsip menghalalkan segala cara yang dilakukan oleh da’i-da’i LDII demi menggaet anggota jama’ah. Oleh karena itu penulis menghimbau kepada para pembaca untuk tekun dan rajin menuntut ilmu, agar bisa beramal di atas keyakinan yang benar dan dapat membentengi diri dari segala tipu daya yang mempromosikan aliran-aliran sesat yang nampaknya sangat banyak dan menjamur di negeri kita ini. Marilah kita senantiasa berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menghadapi setiap bentuk perongrongan iman, baik yang datang dari dalam diri kita maupun yang datang dari luar. Wallahu al-Musta’aan.
Catatan Kaki:
1. ^ Diringkas dari Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, halaman 73-74 dan Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII halaman 5-6 dan 66-68.
2. ^ Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII oleh Hartono Ahmad Jaiz halaman 6.
3. ^ Idem, halaman 82.
4. ^ Idem, halaman 81-86.
5. ^ Idem, halaman 74-76.
6. ^ Aliran dan Paham Sesat di Indonesia oleh Hartono Ahmad Jaiz, halaman 74-76.
7. ^ Tafsir Ibnu Katsir I : 704.
8. ^ Nawaqidul-Iman karya … halaman 8.
9. ^ Syarh Aqidah Thahawiyah, halaman 378.
Oleh: Redaksi Majalah Fatawa
Sumber:
Majalah Fatawa volume 04/I/Dzulhijjah 1423 H-2003 M, halaman 52-56.
http://ibnuramadan.wordpress.com/
Baca Selengkapnya >>
Wayang, Tontonan yang Jadi Tuntunan
Oleh Rangga Dusy
Kehidupan manusia sepertinya tak dapat dipisahkan dari ibarat atau simbol. Salah satu simbol penting yang bersentuhan langsung dengan gerbang kehidupan manusia adalah wayang. Segala macam yang berhubungan dengan wayang, mulai dari adegan dan lakon, wayang kulit, peralatan pentas (blencong, beber, dll), pembabakan waktu, dan deretan wayang di sisi kiri-kanan kelir (batang pisang untuk menancapkan wayang), semuanya memiliki makna penting yang sayang untuk tidak diketahui dan dilestarikan.
Wayang adalah wujud dari upaya penggambaran nenek moyang suku Jawa tentang kehidupan manusia. Mereka meyakini bahwa setiap benda yang hidup pasti mempunyai roh, ada yang baik dan jahat, sehingga saat itu (sekitar tahun 1500 SM) dibuatlah wayang dalam bentuk gambar ilusi atau bayangan (jawa; Wewayangan/ wayang). Agar terhindar dari gangguan roh-roh jahat, kemudian wayangan tersebut disembah dan diberi sesajen (animisme). Namun setelah agama-agama masuk ke Jawa, wayang berubah wujud menjadi alat peragaan untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama, dan muncullah nama-nama lakon yang disesuaikan oleh agama-agama yang mengusung dan bermetamorfosis dengan perkembangan zamannya.
Menurut Prof. Dr. Soetarno, Ketua Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Surakarta, “Wayang merupakan kebudayaan asli dari orang Jawa.” Wayang juga merupakan satu-satunya kebudayaan yang memasyarakat, karena dalam wayang tidak mengenal istilah kultur ataupun kasta. Seperti dikatakan oleh Sigmund Frued, “Kebudayaan Indonesia menunjukkan dorongan yang lebih manusiawi. Historis kebudayaan Indonesia menampakkan pola ke arah dorongan spiritual, wayang sebagai salah satu hasil kebudayaan asli Indonesia menunjukkan pola spiritual itu.”
Di era modern ini, dunia pewayangan merupakan sebuah kesenian yang sangat langka. Wayang merupakan warisan budaya klaksik yang sudah mengakar turun temurun. Wayang berasal dari kata wayangan, yaitu sumber pengilhaman untuk menggambarkan wujud tokoh dan cerita, sehingga bisa terbeber jelas dalam hati si penggambar karena sumber aslinya telah hilang, namun masih ada pakemnya. Secara leksikon (kosakata), wayang bisa diartikan sebagai bayangan atau cermin, karena dalam kesenian wayang terdapat beberapa pencerminan yang sangat dalam dari tokoh-tokoh yang diusung para dalang.
Dalam dunia seni, apa pun wujudnya, setidaknya mempunyai delapan fungsi sosial yang amat penting. Kedelapan fungsi sosial tersebut adalah: sarana kesenian, sarana hiburan santai, sarana pernyataan jati diri, sarana integrative (pembauran), sarana terapi/ penyembuhan, sarana pendidikan, sarana pemulihan ketertiban, dan sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis/ ritual.
Makna di balik pementasan wayang
Selain sebagai tontonan yang menghibur, dalam seni wayang juga menyimpan makna filosofi yang terkadang menarik pada dunia mistik. Hal ini bisa disarikan dari instrumen pementasan wayang. Peralatan yang diusung oleh dalang ini bukanlah sekedar pelengkap belaka. Berikut adalah uthak-athik-gathuknya;
Dalang, peran dalang dalam pewayangan adalah mengatur jalannya sebuah cerita. Tanpa dalang, wayang tentu tidak akan pernah bisa jalan. Dalang adalah perumpamaan dari pemimpin adat, spiritual, pemerintahan, kepala keluarga dan seterusnya. Ini adalah pengibaratan bahwa sesungguhnya semua ciptaan Tuhan di bumi tidak akan pernah bisa berjalan tanpa adanya Khalifah (pemimpin), yang selalu menunjukkan jalannya kehidupan. Bisa juga dalang diibaratkan sebagai sutradara kehidupan (Tuhan) yang mengatur sifat, hidup, mati, dan kelakuan dari tokoh kehidupan (makhluk). Namun secara linguistik, kata dalang merupakan pengalihan dari bahasa Arab “Dalla”, yang berarti “Menunjukkan”. “Man dalla ‘ala al-Khairi Kafa’ilihi,” barang siapa menunjukkan dan mengajak pada kebaikan, maka (pahalanya) laksana pelaku kebaikan tersebut.
Beber (layar putih tanpa noda), adalah penggambaran asal bumi yang suci sebelum dihuni oleh makhluk apa pun. Namun, ketika makhluk sudah memasuki beber, maka dengan sendirinya bumi akan terkontaminasi dengan perwatakan dari makhluk itu sendiri. Itulah yang akan menjadikan penilaian subyektif tentang bumi hitam atau lembah hitam dan putih. Akan tetapi di akhir cerita, beber pun akan putih kembali. Ini mengibaratkan bahwa kelak makhluk pun diluluh lantakkan dari atas bumi ini.
Kelir (batang pohon pisang), ini adalah penggambaran sebuah raga yang dihuni oleh jiwa yang berbentuk wayang. Kelir tidak akan berguna tanpa ada wayang yang ditancapkan. Kelir hanya digunakan ketika wayang dipentaskan di atas beber, dan ketika wayang tidak dibeber, maka kelir akan dibuang ke tempat sampah. Nilai filosofinya adalah; raga hanya akan berguna ketika jiwa masih menancap.
Wayang, dalam pembuatannya, wayang sangatlah beragam bentuknya. Ada yang bagus, ada yang menyeramkan, dan ada yang lucu. Namun, ketika wayang dipentaskan, wayang mempunyai dua sisi pandang. Pertama, wayang yang dipertontonkan merupakan sebuah wayangan (bayangan) belaka, dan yang kedua adalah wayang yang aslinya dan dipegang oleh dalang. Hal ini pengibaratan dari jiwa makhluk yang selalu mempunyai dua dimensi yang berbeda, ada yang dipertontonkan kepada makhluk dan ada yang tidak (sirri), namun selalu digenggam oleh sang ‘dalangnya’.
Blencong (lampu penerang di depan layar), pengibaratan dari blencong adalah cahaya (wahyu) kehidupan. Tanpa ada blencong, wayang pun takkan bisa jalan, walaupun sudah menancap di atas kelir. Begitu pula tanpa cahaya kehidupan, jiwa dan raga dari makhluk pun takkan bisa hidup. Dan cahaya (wahyu) kehidupan hanyalah milih Sang Hyang Murbaning Dumadi (Allah).
Pethi (kotak kayu), berfungsi untuk menyimpan wayang, baik yang belum digunakan atau pun yang sudah mati. Ini mengibaratkan sebuah kuburan bagi tokoh-tokoh yang sudah mati. Walau hidup seperti apa pun juga, kita akhirnya pun akan terkunci pada tempat gelap, sempit, dan pengap.
Kemudian dalam pementasannya, lakon dan alur cerita tidak bisa begitu saja dilakukan oleh dalang, harus melalui beberapa pertimbangan. Misalnya, kepercayaan masyarakat di tempat pementasan dan juga tujuan dari pagelaran itu sendiri (ruwatan, larung, atau mungkin juga wangsit dari penanggap atau dalang).
Pesan agama dalam budaya
Goro-goro……
Goro-goro jaman kolo bendhu
Wulangane agomo ora digugu
Sing bener dianggep kliru, sing salah malah ditiru
Bocah sekolah ora gelem sinau
Yen dituturi malah nesu, bareng ora lulus ngantemi guru
Pancen perawan saiki ayu-ayu
Ono sing duwur tor kuru, ono sing cendek tor lemu
Sayang sethitek senengane mung pamer pupu.
(Dikutip dari wikipedia.id/ urip.wordpress.com)
Arti bebasnya kurang lebih begini; kegegeran jaman edan (modern) , ajaran agama sudah tidak dihiraukan, yang benar dianggap keliru, yang salah malah diikuti, anak sekolah sudah enggan belajar, kalau dinasehati marah, sedangkan ketika tidak lulus sekolah malah memukuli guru, memang perawan sekarang cantik-cantik, ada yang tinggi langsing, ada yang pendek dan gemuk, sayang sekali sukanya mengumbar paha)
Kutipan syair goro-goro di atas menjelaskan tentang goro-goro yang ada di pewayangan. Ada sisi menarik tentang munculnya goro-goro, selain selalu muncul di tengah malam, juga ditandai dengan gunungan. Di balik gunungan terlihat sunggingan yang menggambarkan api sedang menyala. Ini merupakan sengkalan yang berbunyi, “geni dadi sucining jagad”, yang mempunyai arti 3441 dan dibalik menjadi angka 1443. Ini sebagai tanda bahwa gunungan tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1443 Saka.
Gunungan (wayang yang disimbolkan sebagai alam dan isinya dengan bentuk lonjong bergambar hutan, pohon sembilan cabang, hewan buas, rumah joglo, dua raksa penjaga gerbang, api, angin, air, dan tanah) yang digambarkan unik oleh Sunan Kalijaga bukan sekedar kreativitas dalam seni ukir belaka. Selain keunikan bentuknya, juga mempunyai nilai mistis maha tinggi, yaitu perwatakan dari isi seluruh alam dan sangkan paraning dumadi (asal mula kehidupan).
Berawal dari kemunculannya selalu di tengah malam – hal ini menyiratkan pada keyakinan orang Islam atau pun Jawa bahwa pertengahan malam yang akhir adalah waktu yang paling tepat untuk mediasi berdoa, muhasabah, dan tafakkur – juga muncul setelah terjadi perselisihan dan peperangan seru antara tokoh dalam pewayangan atau ketika pergantian lakon. Hal itu menunjukkan bahwa semua hal dalam kehidupan tokoh, kembali pada alam dan sang pengendali gunungan.
Setelah gunungan dan goro-goro lewat, muncullah tokoh empat punakawan (bukan empat sekawan). Arti dari Punakawan – terdiri dari Ki Lurah Semar Badranaya atau Sang Guru Sejati, Ki Nala Gareng, Ki Lurah Bagong, dan Ki Petruk Kanthong Bolong– adalah “Kawan yang menyaksikan” atau “Pengiring”. Dalam hukum agama Islam, saksi dalam sebuah masalah yang terbanyak adalah 4 orang saksi, dan minimal adalah dua orang saksi.
Bentuk dari punakawan merupakan perwujudan dari macam-macam bentuk perwatakan manusia. Selain itu, dalam pewayangan Sunan Kalijaga, nama-nama dari punakwan terlahir dari intisari al Quran. Peranan Punakawan sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan. Semar merupakan gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia dan merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya. Dalam uthak-athik-gathuk ala kejawen, penggambaran punakawan sebagai berikut;
Semar; tubuhnya bulat, selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya, simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya, sebagai simbol suka dan duka. Kuncung di kepala adalah perlambangan bahwa manusia haruslah menggunakan akal budinya dalam menimbang-nimbang semua permasalahan, sebagai simbol pria dan wanita. Namun, dalam istilah pewayangan yang dibawakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, Semar adalah gubahan dari lafadz “Simaar”, yang berarti “Paku”. Hal ini menunjukkan bahwa seorang muslim haruslah menjadi paku. Siap untuk dipukul guna merekatkan kayu dan dipukul ketika menyembul keluar dari kayu. Ini menyiratkan bahwa seorang muslim haruslah bisa menjadi mediator (penyambung) dari semua golongan tanpa pandang bulu. Ciri yang menonjol dari Semar adalah kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta.
Gareng; ciri yang menonjol dari punakawan ini adalah berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa (simbol) dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Kemudian bermata kero yang merupakan kewaspadaan. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain dan teliti. Ketiga cacat tubuh tersebut menyimbolkan rasa. Gareng juga diambilkan dari bahasa Arab “Qariin”, yang berarti teman. Pesan yang tersarikan dari ciri fisik Gareng menunjukkan, bahwa kita haruslah mencari teman yang selalu berhat-hati dalam bertindak, waspada, dan tidak suka mengambil hak orang lain.
Petruk; ia adalah nama lain dari Dawala. Dawa berarti panjang, La dari kata Ala yang berarti jelek. Semua bentuk tubuhnya panjang, berkulit hitam, pokoknya jelek semua. Namun, perlambangan dari petruk adalah memandang dan berpikir panjang dalam segala hal, tidak grusa-grusu (ceroboh) dan mempunyai kesabaran yang luas. Dalam khazanah Arab, Petruk berasal dari kata “Fatruk Kullu Man Siwallah”, yang berarti “tinggalkan semua makhluk selain Allah.” Petruk merupakan simbol dari karsa, kehendak, dan keinginan yang digambarkan dalam kedua tangannya yang panjang. Jika digerakkan, tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih (agama/ ideologi).
Bagong; tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal. Gaya bicaranya terkesan ceplas-ceplos dan semaunya sendiri. Bagong adalah sosok yang paling lugu dan kurang mengerti tata krama, namun tangguh. Dalam literatur bahasa Arab, Bagong berasal dari kata “Baghaa”, yang berarti “berontak”. Bagong merupakan bentuk dari karya. Hal itu disimbolkan dari kedua telapak tangan yang kelima jarinya terbeber lebar, yang berarti selalu siap sedia untuk bekerja keras.
Dari keempat simbol dari punakawan ini (cipta, rasa, karsa dan karya), tidak bisa dipisah antara satu dengan yang lainnya. Karena, keempat simbol itu merupakan intisari dari kepribadian dan jati diri manusia, yaitu berfikir jernih, berhati tulus, bertekad bulat, dan bekerja keras. Sehingga bisa menjadikannya sebagai manusia yang ideal, baik di hadapan makhluk yang lainnya, dan di hadapan Tuhan.
Sungguh menarik bukan?
sumber majalah misikat
Baca Selengkapnya >>
KH.ABDUL GHOFUR
Pendiri PP.Mamba’aul Hikam Mantenan Udanawu Blitar
Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam yang pada saat ini masih kokoh berdiri megah di kawasan Mantenan Udanawu Blitar Jatim, merupakan sebuah arsip sejarah dan jikalau kita kilas balik pasti akan menemukan tokoh sentral, pejuang sekaligus penyebar agama islam di Daerah Blitar dan sekitarnya, dia adalah KH. Abdul Ghofur Pendiri Pon.Pes.Mamba’ul Hikam Mantenan Udanawu Blitar Jatim. Abdul Ghofur berasal dari Brongkah Kecamatan pogalan Kab.Trenggalek merupakan putra dari pasangan Kyai Muhyidin dan Nyai Sholihah. Banyak sekali karomah-karomah yang muncul ketika be;liau masih kecil yang merupakan bahwa kelak ia akan menjadi tokoh besar. Pernah pada suatu hari kakek Beliau ( Kyai Asnawi ) menggelar suatu sayembara yang hanya boleh diikuti oleh kalangan keluarga saja , yaitu barang siapa yang mampu meminum dan menghabiskan air dalam bumbung (gelas dari bambu) maka kelak ia akan mewarisi ilmu sang kakek. Namun tak satupun peserta yang mampu menghabiskan air tersebut kecuali beliau, padahal waktu itu beliau masih dalam ayunan Ibunda. Melihat kejadian itu, spontan sang kakek menangis dan membelai bocah tadi ( Abdul Ghofur).
Pernah ada lagi kejadian yang menakjubkan ketika masih kanak-kanak, suatu saat beliau diajak sang Bunda derep ( menuai padi ) dan ketika berada ditengah-tengah sawah beliau dengan riangnya bermain seorang diri sambil melempar-lempar damen (tangkai padi) ke udara dan sangatlah ajaib karena setiap damen yang beliau lempar bisa menjadi seekor burung.
Menginjak usia muda, beliau mulai mencoba berkelana memperdalam ilmu sekaligus memperluas pengalaman ke berbagai pesantren. Awal kali beliau hijrah dan belajar di Pesantren Mangunsari Nganjuk. Setelah beberapa tahun di sana, beliau melanjutkan mondok yang juda masih di kawasan kab. Nganjuk. Dan yang terakhir beliau menyepuh ilmunya di Pesantren Mbalong Kediri. Di sana Beliau terkenal sebagai pemuda yang ulet dan cerdas karena mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang sempurna. Setelah dirasa cukup mengaji di Pesantren Mbalong, KH.Abdul Ghofur kemudian pulang dan ikut kedua orang tuanya hijrah sekaligus berjuang (da’wah) didaerah ngampel Kediri. Disinilah orang Tua Beliau menetap yang kemudian mendirikan Masjid untuk berda’wah.
Menginjak usia Dewasa, beliaupun mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Nyai Musri’ah, Putri sulung Haji Munajat pemilik tanah Mantenan dan tidak lama kemudian beliau menunaikan Ibadah Haji ke tanah Suci Makah dan setelah itu Beliau menetap di Mantenan.
Melihat kondisi sosial Dusun Mantenan yang sangat memprihatinkan, sebagai tokoh yang mempunyai intlektualitas islami yang tinggi, beliau termotifasi untuk mebenahi kondisi tersebut. Langkah awal yang di ambil adalah dengan mendirikan sebuah Musholla pada tahun 1907 M, sebagai tempat untuk berda’wah. Selain itu, beliau juga mengembangkan misi da’wahnya dengan cara “door to door” dari rumah ke rumah penduduk.
Ditengah-tengah perjuangannya, beliau harus menerima keyataan duka, karena Istri tercinta Nyai Musri’ah lebih dahulu dipanggil yang Kuasa dan mewariskan lima orang putra, dua diantaranya meninggal dunia dan ketiga putranya yang masih hidup yaitu, Nyai Mursyidah, KH.Bahar dan Nyai Marwiyah.
Kemudian beliau ngrengkulu (menikahi adik ipar ) nyai Musri’ah, bernama nyai Siti. Ada kejdian lucu dimasa pernikahannya dengan Nyai Siti. Pada suatu hari dimalam pengantinnya, istrinya tidak mau mendekat ( tidak atut), karena ketidakmauan sang istri tadi, maka KH.Abdul Ghofur memukul bantal yang ada disampingnya, seketika itu pula bantal tersebut berubah menjadi seekor harimau yang meraung-raung, spontan sang Istri ketakutan dan langsung memeluk beliau. Itulah sebagian karomah yang dimilikinya sebagai tanda bahwa beliau bukan orang biasa.
Buah pernikahannya dengan Nyai Siti, beliau dikaruniai lima Orang anak. Yaitu :
KH. Mirza Sulaiman Zuhdi
KH.Zubaidi Abd. Ghofur
Nyai Sringatin
Agus Zainuri
Agus Kased.
Kemudian seperti halnya Nyai Musri’ah, Nyai Siti pun Pulang ke Rahmatullah terlebih dahulu meninggalkan beliau. Selang beberapa bulan kemudian, KH.Abdul Ghofur menikah lagi dengan Nyai Fathonah (Pelas Kediri) dan dikaruniai dua orang anak bernama Kyai Abdullah dan Nyai Sa’diyah.
Memang harus kita akui, bahwa beliau merupakan penancap tongkat sejarah berdirinya Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam dan Pesantren ini merupakan bukti jerih payah beliau dalam berjuang menyebarkan agama islam di kawasan Blitar dan sekitarnya pada waktu itu.
KH.Abdul Ghofur wafat pada tahun 1952 M, dan disemayamkan tepat dibelakang Masjid Mamba’ul Hikam. Sampai sekarang jasanya masih dikenang. Harumnya nama tokoh seperti beliau menyebabkan makamnya tidak pernah sepi dari peziarah yang bukan hanyadari kawasan Blitar, melainkan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, bahkan Sumatera dan Kalimantan.
Demikian sekelumit kisah beliau KH.Abdul Ghofur beserta sebagian kecil kelebihan yang dimilikinya. Dan kegigihannya dalam berda’wah patut kita jadikan suri tauladan sebagai modal untuk meneruskan perjuangan beliau dalam mengemban misi da’wah islam. Dan sebagai bukti rasa cinta dan terima kasih yang tak terhingga, kita haturkan do’a untuk beliau. Al-Faatihah……………..
Baca Selengkapnya >>
MANAQIB MU'ALLIF DALA'IL AL-KHOIROT, AL-SAYYID ABU ABDILLAH MUHAMAD BIN SULAIMAN AL JAZULI RA~
Nasab
Adapun nasabnya adalah Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman bin Abdurrohman bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Ya’la bin Yakhluf bin Musa bin ‘Ali bin Yusuf bin Isa bin Abdulloh bin Jundur bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ahmad bin Hasan bin Isma’il bin Ja’far bin Abdulloh bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abu Tholib Karramallahu Wajhah.
Kelahiran
Beliau dilahirkan di Jazulah yaltu di sebuah kabilah dan Barbar di pantai negeri Maghrib {Maroko} Afrika. Beliau belajar di Fas yaitu sebuah kota yang cukup ramai yang terletak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan Mesir. Jarak antara Fas dan Mesir kira-kira 36 derajat 17 daqiqoh atau sekitar 4.064 km. Dikota Fas beliau belajar hingga menjadi sangat banyak menguasai ilmu yang bermacam-macam sehingga namanya tersohor, kemudian beliau mengarang kitab “Dalail al Khoirat”.
Sejarah Menjelang Mengarang Kitab Dalailul Khoirot
Adapun sebab musabah beliau mengarang kitab Dalailul Khoirot adalah karena pada suatu saat beliau singgah di suatu desa bertepatan dengan waktu (habisnya) sholat dhuhur; tetapi beliau tidak menjumpai seorangpun yang dapat beliau tanyai untuk mendapatkan air wudlu.
Akhirnya beliau menemukan sebuah sumur yang tidak ada timbanya, maka beliau berputar-putar di sekitar sumur itu dalam keadaan bingung karena tidak ada alat untuk menimba air. Tetapi kemudian beliau dilihat oleh seorang anak perempuan kecil yang berusiya sekitar tujuh tahun. Anak itu bertanya kepada Sayid Muhammad al-Jazuli,
“Ya Syekh, mengapa anda nampak bingung berputar-putar disekitar sumur Syekh menjawab,”Saya Muhammad bin sulaiman”.
Anak itu bertanya lagi, “Apa yang hendak tuan kebijakan ?“
Syekh menjawab, “Waktu sholat dhuhurku sudah sempit, tetapi saya belum mendapatkan air untuk berwudlu”.
Anak kecil itu bertanya, apakah dengan namamu yang sudah terkenal ia tidak bisa (hanya sekedar) mendapatkan air wudlu dan dalam sumur? Tunggulah sebentar!“
Kemudian anak kecil itu mendekat ke bibir sumur dan meniupnya sekali, tiba-tiba airnya mengalir dan memancarkan di sekitan sumur seperti sungai besar.
Kemudian anak kecil itu pulang kerumahnya, dan Syekh Muhammad Al-Jazuli pun segera berwudlu dan melaksanakan sholat dluhur.
Setelah Al -Jazuli rumah itu Syekh Muhammad bergegas mendatangi anak perempuan kecil itu, sesampainya di sana beliau mengetuk pintu. Anak kecil itu berkata, “Siapa itu ?“, maka syekh menjawab, “Wahai anak perempuanku, saya bertanya kepadamu, demi Allah dan kemahaagungan-Nya yang menciptakan kamu dan menunjuikan kepadamu terhadap Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi dan Rasulmu yang diharap-harapkan syafaatnya, saya harap engkau mau menemuiku, saya hendak menanyakan tentang satu hal”.
Ketika anak itu menemui beliau, Syekh Muhammad Al-Jazuli bersumpah, “Aku bersumpah kepadamu demi kemahaagungan Allah, demi kemahakuasaan-Nya, demi kemahamemberi-Nya, demi kemahasempurnaan-Nya dan demi Nabi Muhammad yang sholawat salam atas beliau, para shahabat, isteri dan putra-putra beliau, demi risalah beliau dan demi syafaat beliau, aku mohon kamu mau menceritakan kepadaku dengan apakah kamu bisa mendapatkan martabat yang tinggi {sehingga dapat mengeluarkan air dan sumur tanpa menimba} ?“.
Anak perempuan kecil itu menjawab, : “Kalaulah tidak karena sumpahmu itu wahai Syekh, tentulah aku tidak mau menceritakannya. Saya mendapatkan keistimewaan yang demikian itu karena membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw.” Setelah peristiwa itu kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli radliallahu anhu mengarang kitab “Dalail al Khairat” di kota Fas. Dan sebelum beliau mensosialisasikan kitab itu ia mendapat ilham untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya. Maka beliau kembali dan Fas kedesa beliau ditepi daerah Jazulah. Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu bertemu Syekh Abu Abdilah Muhammad bin Abdullah Al-Shaghir seorang penduduk dipinggiran desa dan beliau berguru Dalail kepadanya.
Kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli melaksanakan kholwat untuk beribadah selama 14 tahun dan kemudian keluar dan kholwatnya untuk mengabdikan din dan menyempurnakan pentashihan (pembetulan) kitab “Dalait al Khoirot” pada hari jum’at, 6 Rabi’ul Awwal 82 H. delapan tahun sebelum hari wafatnya.
Adapun Thoriqoh beliau disandarkan pada Syekh Syadzili yang belajar dan Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Mudhor Al-Munithi dan Sayid Abu Utsman Sa’id Al-Hartanai dan Sayid Abi Zaid Abdurrahman Al-Rajnaji dan Sayid Abul Fadhil Al-Hindi dan Syekh Ihus Uwais Zamanihi dan Sayid Abu Abdilah Al-Maghribi seorang pengembara yang dimakamkan di Damnaliur AlBukhairoh dan pengikut para orang sholih dan kelompok Thoriholnya muslikin dan seagung-agungnya orang-orang ma’nifat dan Imamnya para wasil, Abul Aqthob yang diperlihatkan oleh Allah terhadap semua pengikutnya sebagai penerus barisan para keturunan Al Hasyimiyyah dan keturunan Nabi, Sayid Abul Hasan ‘Ali Al-Syadzali radtiyallahu ‘anhu yang dilahirkan pada tahun 595 H. dan wafat pada tahun 656 H
Dinegerinya sebelum beliau merealisasikanSepuluh hal sebagaimana beliau berkata: “Masih ada sepuluh tahun untukmu”, dan beliau mewariskan banyak teman. Adapun murid-murid beliau banyak sekali, diantaranya adalah Syekh Abu Abdillah Muhammad Al-Shoghir Al-Sahli dimana beliau adalah yang tertua dan sahabatnya yang lain, yang menemaninya dalam meriwayatkan Dalail. Kemudian Syekh Abu Muhammad Abdul Karim Al-Mandari dan juga Syekh Abdul ‘Aziz Ab-Tiba’ dan beliaulah Sayid dan Gum Sanadku (Mu’aUif dintana Guru saya Sayid Ahmad Musa Al-Samlali berguru kepadanya dan kemudian Sayid Ahmad bin Abbas A1-Shom’i berguru kepadanya dan kemudian Sayid Mufri Abdul Qodir Al-Fasi belajar kepadanya dan kemudian Sayid Ahmad bin Al-Haj belajar kepadanya kemudian Sayid Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Al-Matsani belajar kepadanya dan kemudian Sayid Muhammad bin Abmad A1-Mudghiri belajar kepadanya dan kemudian Sayid All bin Yusuf Al-Hariri Al-Madanibelajar kepadanya dan kemudian Sayid Muhammad Amin Al-Madani belajar kepadanya dan kemudian Al-Quthbu Al-Rais Sayid Muhammad Idris belajar kepadanya dan kemudian Al Quthbu Al-Rasyid Sayid Abdul Mu’id radliyallahu ‘anhurn dan santrinya yang dijuluki dengan Muhammad Ma’ruf yang belajar kepadanya
Syekh Muhammad Al-Jazuli Mendidik
Syekh Muhammad Al-Jazuli pada mulanya mulai mendidik para muridin dipinggiran Asafi di mana banyak sekali orang yang sadar dan bertaubat atas bimbingannya. Dzikirnya begitu terkenal, tersebar dan diamaikan orang-orang diberbagai negeri dan nampaklah keistimewaan yang besar dan keramat-keramatnya. Syekh Muhammad Al-Jazuli senantiasa berpegang teguh terhadap hukum-hukum Allah SWT dengan melaksanakan ajaran A1-Qur’an dan Sunnah rosul shallalluhu ‘alaihi wassalani. Kemudian beliau pindah dan Asafi kesuatu tempat yang terkenal dengan afrigal. Kemudian beliau membangun masjid dan menetap ditempat itu untuk tetap mendidik dan membimbing para muridin ke jalan yang benar sesuai petunjuk Allah.
Jelaslah cahaya keberkahan beliau, nampaklah tanda-tanda kerahasiaannya dan para faqir dan orang-orang yang tekun membaca dan dzikir kepada Allah dan membaca sholawat Nabi semakin banyak Dzikir-dzikir beliau dikenal disegenap penjuru dan pam pengikutnya pun tersebar disetiap bagian negeri sehingga menjadi semarak dan hiduplah negeri Maghribi. Syekh Muhammad Al-Jazuli memperbaharui Thoriqot di Maghribi setelah pengaruh-pengaruh dari pengajarannya. Syekh Muhammad Al-Jazuli benar-benar seorang yang mencurahkan waktunya untuk menolong dan memberikan manfa’at kepada ummat Beliau juga mengutus para sahabatnya keberbagai negeri untuk menda’wahkan hukum Allah dan mendorong mereka ke jalan Allah.
Banyak sekali orang mengikuti dan mengamalkan Thoriqotnya. Mereka juga banyak yang datang langsung kepada Syekh Muhammad A1-Jazuli untuk bertaqurrub dan mencari ridho Allah. Junilali dan pengikut itu mencapai 12665 orang dimana kesemuanya itu bisa mendapatkan fadhilah menurut kadar martabat dan kedekatan mereka dengan Syekh Muhammad Al-Jazuli.
Wafatnya Syekh Muhammad Al Jazuli
Beliau wafat waktu melaksanakan sholat subuh pada sujud yang pertama (atau pada sujud yang kedua menurut satu riwayat) tanggal 16 Rabi’ul Awwal 870 H. Beliau dimakamkan setelah waktu sholat dhuhur pada hari itu juga di tengah masjid yang beliau bangun.
Sebagian dan keramaltnya adalah setelah 77 tahun dan wafat beliau, makam beliau dipindahkan Maralisy, dan ternyata ketika jenazah beliau dikeluarkan dan kubur, keadaan jenazah itu masih utuh seperti ketika beliau dimakamkan. Rambut dan jenggot beliau masih nampak bersih dan jelas seperti pada hari beliau dimakamkan. Makam beliau di Markasy sering diziarabi oleh banyak orang
Sebagian besar dan peziarah itu membaca Dalil al Khairat disana, sehingga dijumpai di makam itu bau minyak misik yang amat harum karena begitu banyak di bacakan sholawat salam kepada nabi muhamad, para sahabat dan keluarga beliau. kisah wangi semerbak itu adalah sebagian dari sejarah yang lain tentang beliau bahwa para orang sholeh dari berbagai penjuru dari masa ke masa senantiasa membaca dan mengamalkan kitab beliau yaitu dalail al khoirot
Akhirnya beliau mendapat perdikat sebagai seutama-utamanya orang yang bersama Rosul SAW kelak karena banyaknya pengikut beliau untuk membaca Sholawat, sebagai mana Rosululloh SAW bersabda, “Seutama utama manusia bersamaku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca Sholawat untukku”
Syekh al-Khafidh Abu Na’im berkata, “ Sejarah besar tentang Syeh Muhamad Al-Jazuli ini benar-benar sesuai dengan hadist dan fatwa para sahabat tentang membaca sholawat kepada Nabi ni saya telah menuqilnya meskipun banyak para ulama’ yang mengetahuinya secara pasti, sebagai mana disabdakan Nabi, “Sedekat-dekatnya orang yang lebih berhak mendapat syafa’atku pada hari kiamat besok adalah orang yang paling banyak membaca sholawat pada waktu ia masih di dunia”
Segala puji bagi Alloh tanpa batas, Sholawat salam atas Rosululloh SAW para sahabat dan keluarganya. Amien.(fay)
Baca Selengkapnya >>
Langganan:
Postingan (Atom)