Sabtu, 16 Juli 2011

Mengenal Prof. Dr. Huzaiman T Yanggo,

Prof. Dr Huzaimah Tahido Yanggo MA, ia dikenal sebagai tokoh ilmu perbandingan fiqih dan gigih menentang pemikiran-pemikiran kelompok Islam liberal dan masih banyak lagi kiprahnya untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.

Bagi mereka yang belum mengenalnya lebih dekat, orang akan mengira dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang satu ini adalah orang Batak. Padahal ia adalah perempuan kelahiran Palu, Sulawesi Tengah. Seorang tokoh perempuan yang sangat gigih dan konsisten terhadap syari’ah Islam.

Oleh karena itu, ketika berbagai pihak menyerang Islam, peraih doktor bidang Fiqh dari Universitas Al-Azhar, Kairo, ini angkat bicara. Tak hanya itu, ia pun menulis buku “gugatan” balik atas serangan itu.

Begitu juga ketika Jaringan Islam Liberal (JIL) dan kolega-koleganya di UIN menebarkan virus persamaan gender, revisi Kompilasi Hukum Islam, gerakan antipoligami dan lainya, mantan Ketua PSW (Pusat Studi Wanita) UIN (ketika itu masih IAIN, red.), membuat jantung perempuan ini berdetak lebih keras.

“Kita menghargai orang berijtihad. Silakan saja berijtihad. Tapi, bila kita berijtihad jangan menyalahi aturan-aturan yang telah ada, bahkan yang telah dikenal oleh ulama-ulama Islam sedunia,” ujarnya kala itu.

Menurutnya, Islam adalah agama yang sangat menjunjung dan menghargai harkat dan martabat perempuan. Persamaan hak itu tidak selalu menguntungkan, bisa merugikan perempuan sendiri.

“Saya tidak sependapat dengan itu (persamaan gender-red), apalagi sampai bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah,” tegasnya.

Oleh karena itu, dirinya tak yakin bila gerakan liberal itu berjuang untuk kaum perempuan. Apalagi membela Islam. Tapi, gerakan liberal justru menjadi kaki tangan kepentingan Barat dan Amerika Serikat.

“Barat menuduh orang Islam itu teroris. Padahal tidak ada ajaran Islam yang menghendaki seperti itu. Nabi saja kalau mengirim sahabat untuk peperangan selalu menasihatkan: Jangan kalian memerangi orang tua, perempuan, jangan menebang pohon-pohon,” tegas Huzaimah.

Ibu satu anak ini memang tergolong perempuan ‘langka’. Dari 140 juta penduduk perempuan Indonesia, ia satu-satunya perempuan yang bergelar Guru Besar di bidang Fiqh Perbandingan.

Wajar saja jika pikiran dan tenaganya banyak digunakan dan diharapkan oleh banyak lembaga pemerintah maupun swasta. Selain menjadi dosen, ia juga tercatat sebagai anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI), Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an, Dewan Pengawas Syari’ah Bank Niaga, Pengurus Muslimat Nahdaltul Ulama, dan dosen terbang di beberapa perguruan tinggi.

“Saya memang lebih mengutamakan mengajar,” tutur isteri dari A. Muhaimin.

Di dunia pendidikan, Huzaimah juga tercatat sebagai perintis berdirinya Fakultas Dirasat Islamiyah, program studi internasional berbahasa Arab kerjsama UIN Jakarta dengan Al-Azhar, Kairo.

Atas kiprah dan jasanya itulah, ia pernah memperolah penghargaan dari Eramuslim Award dalam suatu kesempatan.

Semoga atas jasa dan pengabdiaanya, Allah Swt membalasnya dengan segala kebajikan.
http://inspirasiasia.com/?p=2134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar